PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Wynters Sun

Wynters Sun

Penulis:ahnhanaahn

Berlangsung

Pengantar
Kehadiran Helio Yoo seakan mengakhiri musim dingin Wynter yang gelap dan dingin. Gadis itu merasakan berbagai musim menyenangkan bersama Helio, kakak kelas yang ia anggap sebagai mataharinya, laki-laki yang mengakhiri malam gelapnya dan memberi setitik cahaya pada hidup yang datar dan membosankan. Saat Wynter mulai terbiasa dan bergantung pada laki-laki bermarga Yoo itu, bayang-bayang rasa bersalah datang untuk menyadarkannya, bahwa ... Helio bukan miliknya. Helio memiliki bunga yang lebih ingin ia sinari, bunga itu pun membutuhkan Helio dalam hidupnya, sementara Wynter, jika terus memaksa ingin bersama, mungkin dia akan hancur. Namun, apa Wynter mampu untuk meninggalkan mataharinya? Apa Wynter mampu mencari matahari yang lain?
Buka▼
Bab

Menyukai seseorang secara diam-diam dan hanya berani melihatnya dari jauh. Itu adalah pilihan favorit para gadis mengenai cara bagaimana mereka menyukai seseorang. Wynter Park tak terkecuali. Benar-benar tak ada hal yang dapat dilakukan untuk melampiaskan rasa sukanya terhadap si kakak kelas selain hanya melihatnya dari jauh, lalu merasa tersipu padahal tak ada hal romantis yang terjadi.

Sejujurnya, tentu saja Wynter sering mengkhayal supaya bisa dekat dengan Daniel—senior idolanya—bahkan ingin jadi pacarnya. Wajar, ‘kan? Namun, harapan itu tak bisa ia lambungkan lebih tinggi lagi, karena kenyataannya, orang yang populer dan tampan tak mungkin menjomlo. Daniel, siswa berperawakan jangkung itu sudah punya pacar. Namanya Jane yang juga senior Wynter di sekolah.

Lagi pula ... status yang terjalin di antara Wynter dan Daniel tak akan bisa mengantar keduanya menuju hubungan bernama pacaran atau semacamnya. Gadis pemilik wajah diamond itu hanya akan jadi seorang secret admirer selamanya.

Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit lalu, itu artinya waktu istirahat tersisa lima menit lagi. Namun, Wynter masih belum membeli apa pun untuk memberi makan cacing-cacing di perutnya dan malah tertahan di koridor yang berhadapan langsung dengan lapangan basket tempat Daniel, senior tampannya, ada di sana dan sedang men-dribble, mengoper, lalu melompat saat akan memasukkan bola ke ring. Mata almond cokelat pekatnya hampir tak berkedip, ia terlalu fokus pada seniornya dan mengabaikan sekitar karena bagi Wynter, melihat Daniel yang bermain basket adalah hiburan paling menyenangkan dan menyegarkan untuknya. Padahal, setiap hari, bahkan hampir tiap jam gadis itu melihat Daniel, tetapi tetap saja tak ada kata bosan baginya untuk memandangi laki-laki berkulit tan itu.

“Minggir! Kau menghalangi jalanku, Bodoh.”

Ah, teriakan nyaring barusan itu mengganggu saja. Wynter masih bergeming dan tetap fokus pada si Cokelat—begitu Wynter memberi julukan hanya karena rambut Daniel berwarna cokelat—lantaran merasa tidak menghalangi jalan siapa pun. Ayolah, Wynter berdiri di sisi koridor dan lorong itu cukup luas untuk seorang gadis ramping yang ingin lewat. Lagi pula, belum tentu teriakan itu ditujukan pada gadis jangkung itu, ‘kan?

Namun, ternyata diam saja adalah pilihan yang tidak tepat. Tubuh Wynter di dorong ke depan oleh orang yang tadi berteriak menyuruhnya minggir hingga gadis itu tersungkur. Kedua lutut dan telapak tangan Wynter sukses mencium semen kasar yang satu tingkat lebih rendah dari undakan tempatnya berdiri tadi. Ah, dia lupa kalau Wynter memang menghalangi akses menuju jalan setapak yang menghubungkan lapangan dengan koridor kelas.

Wynter meringis dan mengusap kedua lutut, lalu mendongak menatap orang yang telah tega mendorongnya.

Baru gadis itu akan protes pada orag yang telah mendorongnya, tapi ... setelah melihat sosok itu, Wynter menjadi ciut.

Tidak, dia tidak bisa dan tidak berani melawan gadis itu karena ....