PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I Always Want To Be With You

I Always Want To Be With You

Penulis:Fajria

Berlangsung

Pengantar
Hidupnya ia niatkan untuk selalu membahagiakan sang ibu. Berawal dari pertemuan tak di sengaja antara dirinya dengan anak kecil yang merupakan anak bos dari tempatnya bekerja. Hingga akhirnya membuat ia selalu berurusan dengan sang bos. "Lah, orang saya suka sama kamu, suka suka saya dong. Kalau kamu nggak suka, ya.... Terserah kamu." Ucap Arsyad sang bos.
Buka▼
Bab

"kamu bisa kerja nggak sih" bentak Bu Mala "urusin gini aja kok nggak bisa" katanya sinis.

"sabar" Vania bergumam sambil mengusap dadanya setelah keluar dari ruangan terkutuk tersebut.

ia berjalan menuju meja kerjanya, mendudukkan dirinya di atas kursi sambil bergumam tidak jelas menahan emosi.

ia menekuk wajahnya memasang wajah cemberut, ia sangat malu karena mungkin banyak yang mendengar suara Bu Mala saat memarahinya tadi, ish.

"ke kantin yuk" Jen tiba tiba berdiri dari duduknya yang bersebelahan dengan Sania.

"huff" Nia menarik nafas dalam-dalam berusaha untuk tersenyum menyembunyikan raut wajah kesalnya karena telah di marahi oleh atasan "ayo" berdiri dari duduknya menyambar lengan Jen sahabatnya.

"kamu di marahin lagi ya sama Bu Mala?" tanya Jen saat mereka berjalan menuju kantin kantor.

"begitu deh" kata Nia sambil mengedikan kedua bahunya "udah biasa kena omel, tahan banting" Reni tersenyum.

mereka telah sampai di kantin, tempat itu sangat ramai dan penuh dengan para karyawan yang ingin mengistirahatkan sejenak otak dan tubuh yang lelah bekerja, Yap kantin adalah tempat dimana kita bisa meluapkan sedikit kekesalan yang menggerogoti hati karena dimarahi atasan, seperti yang dilakukan oleh Nia, meluapkan kekesalannya dengan memesan banyak makanan.

"ini kamu serius mau makan sebanyak ini?" tanya Jen sambil mengedarkan pandangannya pada makanan yang telah tersaji di atas meja.

"kamu kaya nggak tau aku aja" Nia tersenyum penuh arti sambil menaik turunkan sebelah alisnya kearah Jen.

sementara Jen menelan Saliva nya mendengar perkataan Nia, Yap disini bukan hanya Nia yang akan makan banyak tetapi ia juga yang akan menjadi korban.

"baiklah siapa takut" Jen mengedikan kedua bahunya, mereka mulai bersiap untuk melakukan lomba makan.

Nia tersenyum mengejek melihat Jen menantangnya karena selama ini ialah yang sering menang.

"kalau aku yg menang kamu harus cari pacar" Jen langsung makan dengan cepat tidak menghiraukan ekspresi wajah Nia karena mendengar ucapannya.

Nia masih terdiam mendengar ucapan Jen dan ia baru sadar ketika melihat mangkok bakso Jen tinggal setengah, astaga bisa kalah dia.

setelah selesai makan satu mangkok bakso, dilanjutkan dengan memakan menu selanjutnya.

"yes aku menang" kata Jen berdiri sambil mengangkat kepalan tangan kanannya.

Nia menundukkan wajahnya "kenapa kamu nunduk" Jen masih berdiri.

Nia tidak menjawab pertanyaan Jen, ia menjawab dengan matanya yang melihat sekeliling tempat mereka makan.

Jen mengerutkan keningnya, tetapi ia mengikuti arah pandang Nia, dan seketika ia berdehem menetralisir rasa malunya karena saat ini orang orang di kantin menatap ke arah mereka sambil menggelengkan kepala, seperti. berkata bahwa cantik cantik kok miring.

"biasa aja kali na" berkata seolah olah tidak merasakan apa-apa padahal nyatanya ia juga merasa sedikit malu karena orang orang menatapnya dengan pandangan aneh.

............

jam menunjukkan jam pulang kantor, separuh para karyawan mulai meninggalkan kantor megah tersebut, termasuk Nia dan Jen.

"ini nggak apa-apa Nia?" kata Jen tak enak hati, ia di jemput oleh sang pacar dan tidak pulang bareng Nia hari ini.

"apaan sih kamu? biasa aja kali" Nia mendorong pelan tubuh Jen "pergi sana Udah ditungguin juga, lambat dikit ilang tuh pacar kamu" kata Nia tersenyum menggoda Jen.

"iya iya, jangan lupa cari pacar, waktunya seminggu dihitung dari sekarang" Jen mengingatkan.

"apaan sih" Nia mencibir

"janji harus ditepati, utang harus di bayar"

"kapan aku ngutang, udah lunas kali"

"enak aja, utang tadi di kantin, aku tadi kan menang jadi kamu ngutang cari pacar waktunya seminggu"

"aku nggak terima tawaran kamu tadi"

"bodo amat" Jen berlari kecil meninggalkan Nia "bye bye" berjalan menuju tempat pacarnya yang menunggunya di dalam mobil.

"ish" gerutunya kesal sambil berjalan kearah parkiran motor "pacar?" ia tidak pernah lagi memiliki kekasih setelah putus dengan kekasihnya yang dulu akibat terhalang status keluarga yang terbentang sangat jauh, ia menghela nafas panjang jika mengingat hal itu, dimana ia dihina oleh ibu sang pacar karena telah menjalin hubungan dengan anaknya.

"sepertinya aku tidak bisa membayar hutangku" memakai helm dan bersiap untuk segera pulang.

Nia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang, sesekali mulutnya bersenandung kecil untuk sekedar menghibur diri.

saat diperjalanan, ia melihat anak kecil yang tengah menangis di pinggir taman, ia memutuskan untuk memarkirkan motornya dan langsung menghampiri sang bocah.

berjongkok di hadapan bocah laki laki yang tengah menangis itu "kok bisa disini, bunda sama ayahnya mana?".

bocah laki laki itu mendongak menatap Nia

"cakep bener nih bocah" Nia juga membalas tatapan tajam bocah itu.

"ngapain Tante di sini? pasti mau deketin ayah kan?" katanya sambil menghapus jejak air matanya.

"buset dah, nih bocah songong bener" siapa juga yang mau deketin ayah nya, lihat aja nggak pernah.

"itukan bener" bocah itu kembali menangis "jangan dekat-dekat dengan ayah" mendorong tubuh Nia.

"Tante nggak bakalan Ambil ayah kamu kok" mencoba menenangkan bocah tersebut "asalkan kamu janji berhenti nangis"

bocah itu berhenti menangis dan beralih menatap wajah Nia "Tante beneran nggak bakalan Ambil ayah Al?"

Nia mengangguk mengiyakan "gimana mau ngambil coba, lihat aja nggak pernah" gumamnya.

"namanya Al?"

bocah itu mengangguk.

"emangnya ayah Al kemana?"

"nggak tau"

"Al kok bisa disini?"

"tadinya Al di taman bareng Tante jahat, terus ditinggalin gitu aja".

"Tante jahat siapa?"

"ish, Tante ini cerewet banget sih, nanyain Al terus" bocah itu memasang wajah datar.

"iya iya Tante minta maaf" Nia berdiri.

"Tante cerewet mau kemana?" ikut ikutan sambil tangannya menahan tangan Nia.

Nia menghela nafas panjang bisa bisanya bocah ini memanggilnya dengan sebutan Tante cerewet, Tante cantik kan lebih bagus, batinnya.

"Tante mau pulang" katanya pura pura kesal.

"Tante mau ninggalin Al sendiri di sini?"

"iya" menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat menahan tawa demi melihat ekspresi wajah Al yang seperti mau menangis.

"hiks hiks hiks"

"mukanya aja yang songong, tapi cengeng bener" Nia menunduk mensejajarkan tinggi badannya dengan Al.

"Tante nggak bakalan ninggalin Al kok, tadi itu Tante cuman bercanda" tersenyum.

"hiks hiks hiks"

"kok malah tambah nangis sih, aduh gimana nih? Al jangan nangis lagi ya, gimana kalau kita beli ice cream?" tawarnya dan langsung di anggukan kepala oleh Al.

"nangisnya udah dong" Nia mencoba menenangkan Al sambil memegang kedua tangan mungil bocah tersebut.

"hiks hiks hiks"

"Al, jangan nangis lagi ya" menarik Al kedalam pelukannya, Nia mengusap kepala bocah tersebut dengan lembut.

bukannya berhenti menangis, Al malah semakin menangis di pelukan Nia, Nia ingin melepas pelukannya pada Al takut bocah tersebut menangis karena di peluknya, tetapi ia tidak bisa melepas pelukan hangat tersebut karena Al balas memeluknya erat masih sambil menangis.

"Al" Nia mengurungkan niatnya untuk melepaskan pelukannya.

"hey..apa yang kau lakukan" seseorang dengan kasarnya mendorong tubuh Nia dan langsung menjauhkan Al dari Nia.

........