PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Light Of Reflection

Light Of Reflection

Penulis:Sang Biru

Berlangsung

Pengantar
Sinar matahari menembus awan. Sinar matahari dan awan bercampur seperti senyuman angin kepada gunung-gunung dan pepohonan. Keduanya menjadi tontonan cinta yang tak henti dibicarakan. Awan tak tahu kenapa matahari membuat suatu tempat dari yang awalnya gelap menjadi terang dengan sinarnya, matahari juga tak tahu kenapa awan selalu berada di bawahnya saat sinarnya mulai turun. Seperti perjanjian setia namun mereka tak pernah merasa melakukannya. Mereka selalu ada, mereka berdampingan, mereka saling terbuka, tak pernah mengumpat. Mereka berdua, matahari dan awan mengatakan: biarlah langit terus berpatroli, menyebar dimana-mana dan bergoyang sambil memata-matai kami walaupun dia langit tetangga! Basa-basi itu, antara matahari dan awan, mereka katakan itu sebagai curhatan di antara pagi dan senja. Dan inilah sejatinya kisah Hasan dalam novel "Light Of Reflection". Kisah novel yang sangat unik dan bisa jadi satu-satunya di dunia.
Buka▼
Bab

Rembulan masih terang. Hasan masih membayangkan bagaimana nanti ketika masuk ke sekolah. Lebih tepatnya hari ini sudah Senin yang artinya nanti merupakan hari pertama masuk ke sekolah. Hasan masih berpikiran yang tidak tidak. Dia masih ada perasaan deg deg begitu. Apakah teman-teman lainnya juga merasakan hal yang sama? Dia tidak tahu menahu, dia masih sibuk akan keresahan dirinya.

Dalam keresahan yang membuatnya tidak bisa nyenyak tidur, dia memilih untuk membuka tasnya. Mengecek ulang buku apa saja yang sudah masuk ke dalam tasnya. Termasuk alat tulis apakah sudah dalam kondisi baik atau tidak. Bopoinnya apakah bisa berfungsi dengan normal, pensilnya apakah sudah diruncingkan, alat hapusnya, juga beberapa alat tulis pengganti apabila alat tulis utama sedang bermasalah saat pemakaian.

Hasan sibuk akan itu semua, lalu dilihatlah jam dinding kamarnya dan sudah pukul 1 pagi. Jika dia tidur dan bangan harus subuh. Atau sebelum itu, tidak boleh lebih. Lalu dia qiyamullail kemudian melanjutkan untuk beristirahat sampai jam 4.

Alarm itu akhirnya bunyi, dia mandi lalu qobliyah subuh, setelah itu melaksanakan solat subuh. Setelah solat subuh di masjid, ada kajian singkat sekitar 15 menit setiap hari ganjil dan itu adalah waktunya hari itu. Maka Hasan memutuskan untuk mengikuti kajian itu, 15 menit juga tidak menganggu waktunya karena jika mengikuti kajian, pulangnya nanti sekitar jam 5 an dan itu sudah cukup waktu. Daripada dibuat tidur-tiduran yang mana reseki akan seret katanya. Jadi lebih baik ikut kajian pagi.

Saat itu pembahasan oleh Ustadz Afif terkait bagaimana menjadi pribadi yang bisa memaksimalkan potensi tuk raih prestasi. Beliau memulai dengan pembukaan, mengutip ayat Al Qur'an, lalu untuk mencairkan suasana, beliau berpantun layaknya pelajaran bahasa Indonesia. Jamaah pun tidak dibuat bosan oleh apa yang disampaikannya.

Setelah itu Ustadz Afif mengatakan bahwa tak perlu gelisah dengan apa yang akan dilakukan nanti, entah dihadapkan pada masalah, rintangan, cobaan, atau apalah. Pokoknya tidak perlu takut. Karena memang manusia adalah makhluk yang diciptakan sempurna, namun disisi lain juga masih saja termasuk makhluk lemah yang membutuhkan pertolongan dari Allah. Tiada manusia di bumi ini yang bisa sendirian menghadapi masalahnya. Semua manusia bergantung kepada sang pencipta. Begitu juga apa yang akan terjadi nantinya. Manusia bisa berusaha, namun yang menentukan tetap sang pencipta.

Sang pencipta bahkan bisa mengubah sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada cukup dalam sekejab. Jadi manusia pantas dikatakan manusia lemah, manusia peminta atas apa yang ada dalam dirinya. Maka, jangan takut akan masa depan. Jangan takut akan hari entar. Jangan takut akan hari dimana engkau jika masih bisa melakukan, lakukannya. Pilihlah. Jangan takut, apalagi menyerah.

Manusia walau gagal tidak apa-apa, manusia walau belum menemui kesuksesan tidak apa-apa, asal tidak berhenti, asal tidak putar balik, asal tidak putus asa, asal tidak menyerah. Jika engkau menyerah, sudah habis sudah.

Begitulah sampaikan singkat dari ustadz Afif. Beliau memotivasi anak muda, bapak-bapak bahkan ada orang yang tergolong sepuh, tetap ingin mendengarkan apa yang disampaikannya. Motivasi itu dapat dijadikan pemacu lagi agar Hasan tidak patah arah atau lebih ke arah kurang percaya diri sebelum beberapa jam pergi masuk sekolah.

Hasan mulai bisa tersenyum setelah kajian usai. Kajian yang memotivasi. Dia pulang dengan keadaan yang membara. Senyuknya benar-benar nampak walau dilihat melalui sedotan misalnya, tetap saja bisa.

Sampai pintu Hasan salam seperti biasa, dibukakan ibunya. Ibunya yang merasa ada keanehan sama anaknya itu, sempat bertanya kepadanya, "Ada apa, Nak?"

"Diri Hasan sedang semangat-semangatnya nih, Bu," ujarnya kepada ibunya.

"Wah jadi sudah siap dong untuk pergi ke sekolah nanti?"

"Insyaallah siap dong Bu!"

"Sudah siap juga untuk misal ditunjuk presentasi atau memperkenalkan diri?"

"Ehh," mikir sebentar, lalu jawab kembali, "ya dong, super siap."

Lalu mereka tertawa. Dan Hasan bersiap mandi karena setelah itu makan lalu bersiap ke sekolah.

Sebelum pergi mandi, ibunya bertanya kepadanya, "Hai San, sepatunya sudah disemir kah?"

Hasan melihat ke arah sepatu, "Ohya Bu kelupaan."

"Hem," ibunya mengkerut, "iyaudah gapapa, Hasan mandi saja, nanti ibu bantu semir karena kebetulan ibu sudah selesai masaknya."

"Begitu ya Bu, wah makasih banyak Bu."

"Iyaa sama-sama." Kata ibunya.

Setelah itu Hasan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Habis itu dilihat sepatunya yang sudah bersih, lalu ibunya memintanya untuk ke ruang makan untuk sarapan. Di sana sudah disediakan menu ayam geprek, sambal hijau, beserta susu sapi asli kesukaan Hasan.

"Wah favorit banget, pasti suka." katanya.

"Yah harus suka dong," jawab balik ibunya.

"Siap habis deh hehe."

Setelah itu Hasan dan ibunya makan bareng. Habis itu Hasan sikat gigi lagi, lalu mengambil tasnya, mengambil sepatunya, bersiap sekali ke sekolah, pakaian putih bawahnya biru serta berdasi biru sudah dikenakan dengan rapi.

"Apa ada yang kurang?" tanya ibunya kepada Hasan.

"Pamit kepada orang tua agar segala urusan dilancarkan,",

"Benar juga, ibu doakan yang terbaik, lancar semuanya."

"Aamiin Bu."

"Apakah ada lagi?"

"Ada Bu? Hasan belum pamit ayah. Wah gimana dong?"

"Telfon? Eh jangan karena kalau pagi pasti tidak diangkat karena persiapan, jadi vn aja yaa.. Hasan bersuara, nanti dikirimkan."

"Boleh boleh Bu,"

Ibunya mengaktifkan vn dan Hasan diminta berbicara, "Silakan ayo."

"Yah, Hasan berangkat ke sekolah, doakan yaa, Assalamu'alaikum ayaaaah,"

Setelah itu ibunya mengirimkan vn suara Hasan dan Hasan pergi ke sekolah.