PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Alvaro

Alvaro

Penulis:Queensa

Berlangsung

Pengantar
Mostwanted dan juga badboy, itu adalah dua kata yang menggambarkan seorang Alvaro Yudistira. Dia juga terkenal akan ketampanannya dan juga kepintarannya. Gadis ceria dan juga pemberani yang selalu menghantui pikiran Alvaro akhir akhir ini. Dia bernama Raisa Pratiwi. Akankah Alvaro jatuh cinta pada Raisa?
Buka▼
Bab

Pulang sekolah, matahari benar-benar membakar Jakarta. Seorang gadis berseragam SMA yang sangat cantik terlihat sedang berdiri di pinggir jalan. Rambut panjangnya ia gerai. Gadis itu memandangi jalanan dengan earphone hitam di telinganya. Ah! Kota Jakarta selalu saja macet!

Perlahan-lahan gadis itu melangkahkan kakinya. Menapaki ramainya jalanan Jakarta dengan langkah kecil. Gadis itu memang selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki. Baginya berjalan kaki itu ada banyak manfaatnya. Satu, berjalan, kaki bagus untuk membakar kalori. Dua, berjalan

kaki bisa mengurangi polusi kota Jakarta. Dan tiga, dengan berjalan kaki kita bisa memperhatikan kota Jakarta dengan lebih leluasa. Bukan hanya hal-hal besar yang bisa kita lihat tapi hal-hal kecil juga. Seperti contohnya para gelandangan.

Lihatkan! Betapa banyaknya manfaat berjalan kaki. Andaikan semua orang di kota Jakarta mau

berjalan kaki mungkin tidak akan pernah ada yang namanya kemacetan.

Tiba-tiba sebuah  bus berhenti mendadak di dekat gadis itu hingga membuat hampir semua penumpangnya terbentur ke depan. Sopir bus itu benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa dia

menghentikan busnya secara tiba-tiba begitu? Apa dia lupa bahwa dia sedang membawa banyak penumpang?

"SERANGGG!" Semua orang terlonjak kaget kala mendengar teriakan itu.

Seluruh penumpang bus itu langsung melihat keluar jendela. Mencari tahu dari mana asal suara itu. Dan apa yang mereka dapati? Di luar sana tampak seorang laki-laki berseragam SMA tengah berlari dikuti puluhan orang di belakangnya yang juga berseragam SMA dan ada beberapa yang berpakaian biasa.

Gadis itu masih dengan earphone di telinganya juga ikut menoleh dan memperhatikan laki-laki yang berlari paling depan. Siapa laki-laki itu? Kenapa dia berlarian di jalan raya? batin gadis itu.

Dan ya, pertanyaan gadis itu langsung terjawab saat segerombolan anak sekolah lain berlarian dari arah berlawanan. Ah! Tawuran! Selain kemacetan, tawuran juga menghias di mana-

mana. Menyedihkan bukan?

Melihat segerombolan anak SMA itu berlarian dengan senjata di tangan mereka semua orang

yang ada dijalanan itu pun langsung menyingkir seraya berteriak histeris. Hampir semua kendaraan di sekitar jalan itu langsung berhenti. Suara klakson menggema di mana-mana. Sedangkan orang-orang di dalam bus itu tampak begitu panik.

Mereka ketakutan. Begitu ketakutan. Bukan tak beralasan. Pasalnya mereka tidak ingin jika

mereka yang kena imbas akan aksi brutal para berandal itu.

Namun berbeda dengan gadis itu. Di saat semua orang sedang ketakutan gadis itu masih saja terlihat begitu tenang. Tapi jika kalian berpikir bahwa dia tidak ketakutan maka kalian salah!

Karena nyatanya dia sangat ketakutan. Wajahnya memang terlihat tenang, tapi percayalah bahwa seluruh tubuhnya gemetar. Dia hanya tidak ingin

memperlihatkan rasa takutnya. Lagi pula dia sudah berhadapan dengan rasa takut seumur

hidupnya. Jadi berhadapan dengan hal seperti ini tidak ada apa-apanya bagi gadis itu.

Batu beterbangan di udara yang membuat semua orang semakin memekik ketakutan. Bukan hanya itu, balok kayu pun banyak yang beterbangan.

Bahkan ada beberapa orang yang membawa benda tajam seperti celurit, katana, pisau, dan lain

sebagainya. Ah, mereka gila! Benar-benar gila! Ini hanya tawuran dan haruskah mereka

menggunakan senjata? Maksudnya, tidak bisakah

nanya dengan saling puKul atau saling tendang.

Gadis itu masih setia memperhatikan laki-laki

yang berlari di posisi paling depan. Laki-laki itu adalah Alvaro Yudistira. Laki-laki itu berlari memimpin puluhan paskannya di belakang. Di depan laki-laki itu ada belasan lawannya lengkap dengan senjata di tangan mereka. Sementara dia hanya dengan tangan kosong.

Gadis itu berdecak. Rasanya mustahil laki-laki itu bisa menang. Dia jelas kalah jumlah. Selain itu lawannya juga membawa banyak senjata,

sementara dia enggak membawa senjata apa pun. Ah, kenapa para lelaki itu begitu suka membahayakan diri mereka?

Namun tidak! Ternyata dugaan gadis itu salah. Meskipun hanya dengan tangan kosong, Alvaro

sanggup mengalahkan semua lawan di depannya.

Setiap lawannya bahkan tumbang hanya dengan satu pukulan saja. Dan lihatlah sekarang! Dalam waktu kurang dari sepuluh menit laki-laki itu

berhasil mengalahkan semua lawannya tanpa ada luka sedikit pun di tubuhnya. Bukankah dia itu sangat hebat?

Gadis itu masih setia memperhatikan Alvaro. Dan

tanpa dia sadari ada sebuah batu terlempar ke arahnya. Hampir saja batu itu mengenai kepalanya. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menarik tangan gadis itu.

"Ya Allah, Neng hampir aja kena batu nyasar," kata laki-laki paruh baya itu.

Gadis itu menoleh ke samping kirinya dan menemukan sebuah batu yang berukuran sebesar

kepalan tangannya. Kemudian dia menoleh pada laki-laki itu dan melihat seseorang yang sudah sangat dia kenal. Laki-laki itu adalah Pak Marno, penjual gado gado langganannya. Gadis itu tersenyum kemudian berkata, "Makasi ya, Pak sudah menyelamatkan saya."

"Sama-sama, Neng." balas Pak Seto.

"Dia hebat ya, Pak," kata gadis itu sambil menunjuk pada Alvaro yang sedang mengalahkan lawannya.

Pak Seto pun mengikuti arah yang ditunjuk oleh gadis itu. "Itu namanya bukan hebat, Neng. Tapi enggak sayang nyawa."

Gadis itu hanya terkekeh kecil sebagai jawaban.

"Selalu aja berantem! Saya harap habis ini mereka langsung masuk rumah sakit biar enggak bisa tawuran lagi!" sambung Pak Seto. Laki-laki itu tampak begitu kesal. Bukan apa-apa, pasalnya laki-laki itu begitu menghargai kehidupan. Namun para berandal itu malah menyia nyiakan hidup mereka.

"Enggak baik bicara seperti itu, Pak!" peringat gadis itu sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri di depan wajah Pak Seto. "Lagi pula seburuk apa pun mereka, pasti mereka juga punya sisi baik yang enggak kita lihat," lanjut gadis.

"Neng itu ya, pikirannya selalu aja lurus. Sekali-kali belok atuh Neng," balas Pak Seto.

Gadis itu tertawa renyah. Tawa renyah yang selalu bisa membuat siapa pun tertegun. "Saya masih

mau berpikir lurus, Pak," katanya kemudian.

"Neng itu terlalu baik tahu enggak? Selalu aja melihat setiap hal dari sisi baiknya." Pak Seto

menatap pada gadis di hadapannya. Terdapat rasa

kagum yang begitu mendalam dalam tatapannya.

"Kalau kita melihat setiap hal dari sisi buruknya, itu artinya secara enggak sengaja kita sedang menjadikan diri kita buruk. Dan saya sedang berusaha utuk tidak menjadi buruk. Jadi Pak Seto juga, berusahalah untuk tidak menjadi

buruk," kata gadis itu sambil tersenyum.

Senyumnya hangat. sehangat mentari yang berusaha mengenyahkan embun di pagi hari.

"lya," balas Pak Seto sambil ikut tersenyum.

Tiba-tiba sirene polisi terdengar yang membuat gadis itu menoleh dan diikuti oleh Pak Seto.

Mereka yang sedang tawuran langsung berlari terbirit-birit. Gadis itu kembali memperhatikan Alvaro. Ada yang berbeda dengan laki-laki itu. Di saat semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka

sendiri, laki-laki itu malah sibuk menyelamatkan seluruh pasukannya. Setelah memastikan seluruh pasukannya selamat barulah dia berlari untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Bukankah dia adalah pemimpin yang sesungguhnya?

Setelah beberapa saat jalanan itu pun kembali seperti semula seakan-akan tidak ada sesuatu apa pun yang terjadi. Orang-orang kembali tenang meskipun masih ada ketakutan yang sangat

kentara di wajah mereka. Dan semua kendaraan pun kembali berjalan.

Sementara gadis itu hanya tersenyum tipis. Tawuran lagi. Ah, betapa menyedihkannya kota ini.