PopNovel

Baca Buku di PopNovel

FORBIDDEN LOVE

FORBIDDEN LOVE

Penulis:Arthea Edelweis

Berlangsung

Pengantar
Leanne Nuella, tidak pernah menyangka kalau laki-laki yang dinikahi ibunya adalah ayah dari kakak kelasnya sendiri, Shawn Alden. Sejak orangtua mereka menikah, Leanne selalu mendapatkan perlakuan tidak enak dari kakak tirinya, Shawn Alden. Shawn Alden adalah anak tunggal dari keluarga Harris. Kebenciannya kepada sang ayah semakin tumbuh saat ayahnya memutuskan untuk kembali menikah lagi. Di sisi lain, Leanne Nuella yang menjadi adik tirinya adalah gadis yang diincarnya sejak awal acara penerimaan murid baru di sekolahnya. Bagaimanakah kisah cinta antara Leanne dan Shawn yang terbentang oleh ikatan keluarga? Apakah Shawn harus merelakan perasannya kepada Leanne karena status hubungan mereka berdua?
Buka▼
Bab

“Wah! Lihat dirimu.” Arven melihat Shawn penuh takjub. Melihat sahabatnya berpakaian rapi menggunakan setela jas hitam. Rambut yang biasanya dibuat ke atas kini tertata rapi dengan bantuan gel rambut. Sulit untuk diucapkan dengan kata-kata, Shawn malam ini terlihat gagah dengan jasnya. Akan dipastikan pesta pernikahan hari ini akan membuat para gadis gempar melihatnya.

“Hari ini kau sangat tampan.” Ezra mengedipkan satu matanya. Memberikan dua jempol atas penampilan sahabat karibnya.

“Jangan menggodaku. Ayo keluar…” Shawn menatap tajam kedua sahabatnya. Mengajaknya keluar ke acara pernikahan yang sudah berjalan sejak tadi. Menuruni tangga demi tangga dan disambut oleh berbagai pasang mata.

Sambutan yang cukup meriah bagi anak tunggal keluarga Harris. Shawn memberi salam pada setiap tamu yang ada. Menyalami satu-persatu client ayahnya yang sangat penting.

“Pestanya sangat meriah,” Arven berbisik pelan. Memperhatikan banyak sekali tamu yang ada dipesta pernikahan keluarga Harris.

“Dan juga Banyak gadis cantik.” Ezra tertawa penuh senang. Melihat betapa cantik-cantiknya gadis yang datang hari ini. Lumayan untuk mengusir kejenuhan mereka dipesta malam ini.

“Terima kasih untuk semuanya yang sudah datang ke pernikahan kami,” tuan Harris berbicara di depan. Berdiri dengan gagah menggunakan jas pengantin yang berwarna putih salju. Wajahnya terlihat begitu ceria dengan seorang gadis cantik yang mendapinginya disampingnya.

Semuanya Nampak antusias melihat mempelai wanita yang begitu cantik. Memandang serius ke depan dan memperhatikan setiap kata yang di ucapkan tuan Harris.

“Kami berharap pernikahan ini akan abadi selamanya. Meminta doa untuk semuanya agar pernikahan kami dipenuhi dengan kebahagian. Sehat selalu sampai maut memisahkan kami.” Semuanya bertepuk tangan mendengar doa dari Tuan Harris.

Tuan Harris mengambil segelas minuman yang diantar oleh pelayan. Begitu juga dengan istrinya. Mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas. Untuk memberikan salam pada semuanya.

“Terima kasih semuanya!!” Semuanya ikut mengangkat gelas yang mereka pegang. Memulai pesta pernikahan yang dipenuhi dengan para tamu yang hadir.

Tuan Harris dan Nona Harris turun dari panggung. Memberikan salam kepada setiap orang yang memberikan selamat atas pernikahan mereka.

“Ah, Tuan Chen! Terima kasih sudah mau datang ke acara pernikahanku.” Tuan Harris Nampak terkejut melihat kliennya yang berasal dari China. Memberikan salam kepadanya, begitu juga dengan istrinya.

“Tentu saja aku harus datang ke pernikahan yang penting ini.” Tuan Chen tertawa. Menggoda Tuan Harris atas pernikahannya dengan istrinya.

“Hallo … apa kabar?” Leanne memberi salam kepada Tuan chen. Berdiri dengan sangat sopan dan manis disamping ibunya.

Gadis itu Nampak cantik dengan gaun pestanya. Leanne Nuella. Gadis yang akan menjadi adik tiri Shawn setelah ini.

“Apa ini anak perempuanmu?” tanya Tuan Chen.

Nona Harris tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya dengan sopan pada tuan Chen. “Iya. Namanya Leanne.”

“Dia gadis yang cantik,” puji Tuan Chen.

“Terima kasih.” Leanne tersenyum. Melakukan hal yang sama yang dilakukan ibunya.

“Tentu saja. Ibunya saja cantik apalagi anaknya.” Keduanya tersenyum mendengar godaaan dari Tuan Harris.

“Ngomong-ngomong di mana anak lelakimu?“ tanya Tuan Chen. Ia memperhatikan setiap kerumunan orang dan tidak mendapatkan sosok Shawn di sana.

Tuan Harris menoleh segala arah untk mencari keberadaan Shawn tapi tidak menemukannya sama sekali.

“Ah itu dia! Shawn! Kemarilah!” setelah menemukan Shawn. Tuan Harris berseru memanggil anaknya untuk datang.

Shawn menuruti perintah ayahnya. Meninggalkan kedua sahabatnya dan menghampiri ayahnya. Ada raut wajah tidak suka yang dia perlihatkan pada ayahnya. Namun, Shawn seakan begitu jeli menutupinya dari semua orang. Menyapa tuan Chen dengan ramah.

“Hallo, Paman. Apa kabar?” Shawn menyalami Tuan chen. Menanyakan kabar dari Client ayahnya yang sering datang kerumah. Sekedar bertamu atau membelikan sesuatu untuk Shawn. Terang dia begitu menyayangi Shawn, karna Tuan chen hanya mempunyai seorang anak perempuan. Dan sangat mengidamkan anak lelaki yang tampan seperti Shawn.

“Sangat baik. Kau sangat tampan malam ini. Gagah seperti ayahmu.”

Shawn tersenyum tipis. Meskipun Shawn tersenyum, dia tahu. Shawn tidak suka disama-samakan dengan ayahnya. “Benarkah paman? Aku sangat tersanjung.”

Suasana terasa mencair saat itu. Berbincang-bincang membicarakan hal-hal menarik dengan Tuan chen. Namun tak berapa lama, Shawn pamit pergi. Keluar dari kerumunan para tamu dan mendatangi meja minuman yang tidak beralkohol. Mengambil segelas dan meminumnya sekali teguk. Shawn merasakan kegerahan ditubuhnya. Panas yang luar biasa yang membuatnya merasa begitu kesal.

Tatapannya begitu sinis pada ayahnya. Yang begitu bahagia mengobrol dan membanggakan istri barunya. Istri yang akan menjadi ibu tiri Shawn.

“Gagah seperti dia? Heh! Yang benar saja,” Shawn mendecah kesal. Mengingat kembali ucapan Tuan chen yang menyamakan dirinya dengan tuan Harris. Sungguh kesal setengah mati saat Shawn mendengarnya. Jika bukan karna dia menghormati tuan chen. Mungkin, Shawn tidak akan menjawabnya dengan begitu senang. Melainkan menepis perkataannya dengan kalimat kasar.

“Shawn. Kenapa cepat sekali kembali?” Arven mendatangi Shawn. Menepuk pundak Shawn pelan dari belakang. Wajah Shawn Nampak ditekuk. Sudah kesal. Ditambah kesal lagi oleh tingkah sahabat karibnya ini.

“Tentu saja dia bosan,” Ezra membalas pertanyaan Arven dengan gamblang. Membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari Shawn.

“Seharusnyasnya untuk kali ini saja, kau bersikap menjadi anak yang penurut,” ungkap Arven

Shawn menatap Arven dengan tatapan tajam. “Kau bercanda? Kenapa aku harus repot-repot melakukannya.” Matanya berkilat penuh kemarahan. Ketidaksukaan yang begitu jelas dimata Shawn.

“Karena ini pernikahan ayahmu. Setidaknya kau harus memberikan yang terbaik didepan para clientnya. Bukannya bersembunyi seperti sekarang.”

“Tutup mulutmu sebelum aku menghajarmu.” Shawn mengancam Arven untuk diam. Selalu melakukan hal yang sama setiap kali temannya membahas soal ayah Shawn. Karna itulah, mereka tidak pernah mempermasalahkan soal itu. Mereka selalu menganggap itu hanyalah sikap memberontak Shawn kepadanya ayahnya. Dan memaklumi setiap perkataan pahit yang dia katakan kepada siapa saja yang membahas soal ayahnya.

“Tenanglah.” Ezra menekan pundak Shawn. Menjauhkannya dari Arven. Takut jika Shawn benar-benar akan menghajar Arven dan membuat pesta pernikahan menjadi hancur.

“Shawn.”

Shawn dan kedua temannya menoleh. Memperlihatkan sosok gadis mungil yang berdiri dibelakang Arven. Menatap Shawn penuh harap.

“Ada apa?” nada Bicara Shawn terkesan dingin. Tidak terlalu peduli pada apa yang hendak dikatakan oleh adik tirinya itu.

“Ayah dan ibu ingin kita berfoto bersama,” Ucapnya sepelan mungkin. Berharap apa yang dia katakan mau dilakukan oleh Shawn.

“Aku tidak mau.”

Tubuh Leanne menegang. Perkiraannya sangat tepat. Shawn pasti akan menolaknya. Lalu apa yang harus dia lakukan untuk membuatnya mau melakukan foto bersama? Sedangkan Ayah dan ibu sudah menunggunya didepan.

“Hey, ayolah. Apa kau tega melihat wajah sedih Leanne?” Ezra menconba merayu Shawn. Berharap memakai nama Leanne membuat hatinya luluh dan mau berfoto bersama.

“Ezra benar. Kau ingin Leanne malu karna datang tanpa dirimu?” Shawn melirik Arven. Kemudian berbalik melirik Ezra dan Leanne yang menundukkan kepalanya takut.

“Hanya sekali,” Shawn berkata pelan, “Hanya sekali saja, aku akan melakukannya.” Semuanya tersenyum lega. Mendorong Shawn ke arah Leanne. Menyuruhnya pergi ke depan untuk berfoto bersama. Shawn merasa tidak enak hati melihat wajah sedih Leanne. Saat dirinya menolah dengan ucapan dinginnya.

“Ya! Tolong sedikit merapat!” Sang photographer menyuruh Shawn untuk sedikit mendekat ke arah Leanne. Berdiri sejajar dengan Leanne sedangkan ayah dan ibunya duduk dikursi dengan elegan. Saling berpegangan tangan sembari mengumbar keromantisan mereka.

Sang photographer kembali menyuruh untuk tersenyum. Bergaya seformal mungkin untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Karna di sana, Shawn Nampak begitu tegang dan tidak terkesan nyaman berada di sana.

“Tesenyum! Bagus! Satu … Dua … Tiga!” suara camera berbunyi. Menandakan photographer sudah mengambil foto mereka.