PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I RAISED A VAMPIRE

I RAISED A VAMPIRE

Penulis:annaZwi

Berlangsung

Pengantar
Tayler Flynciffer, pangeran vampire yang diasingkan ke dunia manusia lantaran kebengisannya tengah dikutuk menjadi seekor kucing. Ia terpaksa tinggal bak hewan peliharaan tanpa bisa melakukan pembangkangan. Sementara Bianca Suzy yang mendapat "titipan" misterius terkejut mengetahui kucing peliharaannya berubah menjadi makhluk immortal. Hubungan keduanya terjalin secara ajaib dan kuat meski penuh rintangan. Suzy - "Kucing hitam peliharaanku ternyata vampire. Masalahnya, ia terlalu tampan dan aku nyaris kehilangan akal sebab membiarkannya sesuka hati memeta tubuhku." Tayler - "Tsk, tuan manusiaku menyebalkan. Tapi, darahnya terlalu manis untuk dilewatkan."
Buka▼
Bab

Drifting tube di punggung kiri Suzy nyaris merosot kala ia menunduk membenarkan tali sepatu. Sudah hampir seperempat jam ia berada di samping gedung Bloody Paradise kelab, menunggu teman yang katanya butuh bantuan sehingga meminta untuk bertemu.

Masuk ke dalam jelas tidak bisa lantaran tiga bulan lagi barulah ia beroleh tanda pengenal kedewasaan. Suzy mengambil ponsel dari kantung, mengetik pesan pada Jimmy bahwa ia sudah lama stand by di tempat. Kawannya tersebut bekerja sebagai bartender, entah bagaimana ia bisa mengibuli sang pemilik kelab perihal dirinya yang masih di bawah umur. Jimmy bilang keahliannya lah yang lebih utama. Salary yang diberikan nyaris membuat pemuda itu memilih putus sekolah dan bekerja saja. Untunglah Suzy menahannya, tinggal beberapa bulan lagi mereka akan lulus SMA.

"Hi, Zy. Sudah lama? Maaf ya, pelangganku banyak sekali."

Yang ditanya menghela napas, "jadi, kau mau minta tolong apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

Jimmy mengangkat bawaan di tangan kanan, kandang mini berikut makhluk kecil di dalamnya yang menyembunyikan muka. Bulu-bulu lebatnya yang berwarna hitam pekat nampak berkilau terkena pantulan lampu jalan.

"Tolong titip, aku harus pergi ke luar kota. Seminggu mungkin. Tenang saja, ia cukup jinak. Makannya pun tidak merepotkan, dia bisa mencari makan sendiri. Tikus atau cicak pun tak masalah. Tidak usah dimandikan kalau kau sibuk. Biarkan saja di dalam kandang atau lepaskan di gudang tak terpakai. Yang terpenting, jangan sampai kalung di lehernya lepas."

"Anak anjing? Kelinci? Kucing? Musang? Apa ini? Aku tidak bisa melihat jelas." Suzy meneliti isinya lantaran hewan di dalam nampak malu-malu menelungkupkan badan membentuk lingkaran.

Jimmy terkekeh, "makhluk jadi-jadian. Just kidding. Seminggu lagi mungkin akan aku ambil."

"Kalau dia sakit? Mati? Aku tidak mau ganti rugi ya."

"Dia tidak semudah itu bisa mati. Aku saja sudah berapa kali mencobanya."

Sesaat alis Suzy menukik keheranan akan ucapan ambigu Jimmy. Setelah cukup berpikir dan menimbang sepertinya permintaan ini tidak sulit maka Suzy mengangguk setuju. "Baiklah. Anggap aku balas budi atas pertolonganmu tempo hari. Jadi, apa nama hewan ini?"

"Beri nama saja sesukamu, kau pemiliknya sekarang. Nah, cepatlah pulang! Ini sudah terlalu malam."

"Kau mengusirku?"

Lagi, Jimmy terkekeh hingga matanya membentuk bulan sabit. "Kalau kau mau jadi pacarku, sudah kuantar kau pulang. Pintu apartemenku yang bersih dan wangi selalu terbuka 24 jam untukmu." Manik Suzy berotasi, tentu tidak akan dia termakan rayuan Jimmy yang dilontarkan pada banyak gadis.

"Seminggu, hanya seminggu. Understood!"

"Yes, princess. Itu akan melindungimu selama di perjalanan. Ingat, jangan lepaskan kalungnya. Selamat tinggal, Suzy."

Beruntung taksi yang melintas membuat Suzy lebih mudah membawa banyak barang. Sebelum kemari ia menyelesaikan hari terakhir les melukis sehingga isi drifting tube nya lebih penuh dari biasa, ditambah kandang hewan yang kini turut ia letakkan di kursi penumpang.

Usia 18 tahun menjadi penentu langkah hidup baru, entah pintu mana yang akan ia buka. Menikah mungkin terlihat menyenangkan daripada melanjutkan kuliah, terlebih jenjang karir yang ia minati tidak menuntut banyak waktu untuk fokus belajar. Seni melukis sudah mengalir dari dalam darahnya. Universitas Oxford terdengar menjanjikan, beasiswa pun sudah ada dalam genggaman. Hanya saja, Suzy ingin sang guru pembimbing yang menemani. Kasar intinya ialah, ia ingin sosok tersebut mengajaknya berumah tangga sekaligus berkarir. Suzy menyukai guru pembimbingnya, Mr.Leo yang menawan.

Terlihat Suzy mengulum senyum, jatuh cinta memang membuat siapapun merasa berjalan di atas bunga. Seisi dunia terlihat berwarna dan penuh aura bahagia sehingga ia lengah tak curiga. Apa yang kini ia bawa merupakan hal berbahaya. Yang membuat dunianya jungkir balik penuh kejutan.

•••

Lahir dari keluarga berkecukupan membuat hidup Suzy serba mudah. Kedua orang tuanya bekerja di instalasi pemerintah. Suzy juga memiliki seorang saudari yang usianya berbeda empat tahun. Irene, sang kakak yang sempurna di segala sisi. Hubungan keduanya baik walau tak bisa disebut dekat, ada saja hal yang membuat mereka iri satu sama lain meski belum pernah menjadi keributan besar.

Hunian sedang sepi saat ini, semua orang pergi ke pesta amal kawan sang ibu seingat Suzy. Bibi pembantu rumah yang telah lama bekerja pada keluarganya tengah mengambil cuti pulang kampung. Ia jadi lebih leluasa membawa masuk kandang tanpa ditanyai.

Tidak ada peliharaan apapun di rumah. Irene tak suka binatang pun sekedar anjing untuk penjaga. Ayahnya hanya mempercayakan dua security untuk berjaga di depan gerbang.

Lantai dua bagian timur merupakan kamar Suzy yang didominasi warna soft purple. Banyaknya sketsa lukisan membuat ia menahan diri tidak mengeluarkan binatang di dalam kandang. Telinga lancipnya membuat Suzy yakin makhluk tersebut merupakan seekor kucing. Tentu ia tak mau binatang tersebut berlarian mengacak isi kamarnya yang memang sudah cukup berantakan. Bisa bahaya jika sketsa-sketsanya terkena cakar.

Pemberitahuan chat dari Jimmy menghentikan aktifitas Suzy melepas pakaian. Dia membuka ponsel dan membacanya:

"Dia unik jadi tak perlu heran. Matanya sering berganti warna sesuai suasana hati. Binatang langka, jangan sampai kau menghilangkan kalungnya."

"Aku tidak mau membersihkan tahi matanya, ya."

"Hahha, tidak perlu. Anywy, kau mau mandi? Aku 'juga' ingin melihatmu telanjang."

"Sinting." Ponsel Suzy terlempar ke ranjang, Jimmy seolah bisa melihat saja walau tidak mungkin pastinya.

Kucing di dalam kandang sedari tadi turut menyembulkan wajah. Suzy mendekat, memperhatikan sosoknya yang berwarna hitam pekat. Hanya matanya yang terlihat berkilau bak ombak laut diterpa mentari, biru cerah layaknya permata.

"Aku harus memanggilmu apa? Catty saja lah. Maaf ya, Cat. Aku tidak punya makanan kucing, besok pagi akan kubelikan. Diam dan tidak usah merengek malam ini. Jangan memberikan masalah untukku." Suzy bangkit menjauh, melanjutkan aktifitas membersihkan diri menuju kamar mandi sebelum tidur.

Bulan di langit malam nampak redup terhalang awan hitam. Bunyi binatang kecil penghuni pohon rindang di samping kamar Suzy sayup terdengar. Kegiatan yang padat seharian membuat gadis tersebut cukup kewalahan. Pulas sekali tidurnya bahkan jika ada maling rasanya ia tak akan terbangun.

Nuansa kamar tengah gelap gulita, Suzy terlelap nyenyak dengan selimut menutupi setengah tubuh. Sementara di bawah sana, kandang yang ia bawa terbuka sendiri. Manik hewan di dalamnya nampak bercahaya, kali ini berubah warna merah menyala.

Dalam kegelapan bayangan tubuh binatang tersebut perlahan membesar. Ia keluar kandang meregangkan tubuh, mulutnya menguap lebar hingga taring-taring runcing dan tajamnya terlihat menyeramkan.

Kucing berbulu hitam tersebut nampak asik menjilat sebelah lengannya hingga bunyi tikus berdecit membuat kuping sang kucing bergerak. Rupanya ia kedatangan mangsa. Sebagian kamar Suzy yang berantakan oleh perlengkapan sketsa dan kesibukannya melukis membuat ia terbiasa makan di kamar akhir-akhir ini. Bekas kotak pizza yang lupa dibuang di ujung ruangan mengundang tikus masuk.

Insting alami membuat si kucing bersiaga, mengendap dan mengincar mangsa. Ia bergerak pelan dengan bantalan kaki yang mampu meredam bunyi. Sepasang tikus yang sibuk menggigiti sisa kardus pizza tidak menyadari tengah jadi incaran.

Mata merah milik si kucing membuat kedua tikus membeku tak mampu bergerak tatkala sadar pemangsa mendekat. Dalam sekali sergap kucing tersebut mampu memerangkap dua tikus, seekor digigit dan seekor lagi ada dalam cengkeraman. Ia melahap keduanya dengan rakus.

Tak berselang lama, bayangan kucing berubah kian membesar membentuk sosok manusia. Lelaki dewasa yang kini berjalan menuju kaca. Memperhatikan wujudnya kembali seperti sedia kala. Wajah tampannya dilumuri oleh darah tikus.

Ia lalu mengumpat kesal, "shit! Bagaimana mungkin pangeran vampire sepertiku hanya bisa bertahan hidup meminum darah binatang rendahan? Penyihir sialan, aku akan membunuhmu sebentar lagi."

Tayler Flynciffer, dalam dimensi mistis ia merupakan pangeran vampire berpangkat tinggi dan ditakuti. Memiliki cap bengis tak kenal ampun. Sudah hampir setengah abad ia terdampar ke dunia manusia dalam wujud kucing lemah tanpa bisa berbuat sesuka hati. Kutukannya malam ini lenyap sehingga ia berencana menuntut balas.

Suzy yang menggeliat merubah posisi tidurnya membuat Tayler menoleh. Senyum asimetris membingkai bibir kirinya. Tayler bergerak cepat melesat dan memerangkap tubuh Suzy di bawahnya. Sudah lama ia tidak merasakan darah manusia. Menu sempurna ketika masa kebebasan telah tiba.

"Jangan memberikan masalah untukku." Ultimatum tersebut menggema dalam kepala Tayler. Seolah ia hendak melakukan pembangkangan sehingga kini wujudnya berubah kembali menjadi kucing padahal belum ada beberapa menit. Tayler mengeong kesal dan memilih masuk kandang.

Rupanya, manusia yang menamai Tayler dalam wujud kucing kini menjadi tuan baru yang harus ia patuhi. Sementara Suzy tak tahu menahu, bahwa ia akan memelihara kucing jelmaan vampire yang berbahaya. Entah akan membawa cerita, kejutan, atau kesialan apa dalam hidupnya di masa depan.

•TBC•

Note: // Halo, terima kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan like dan komentar. Selamat menikmati karyaku

Sincerely : annaZwi ヾ

^-^