PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Rekayasa Pernikahan

Rekayasa Pernikahan

Penulis:Intanazel

Berlangsung

Pengantar
Inara mengira kalau dirinya adalah pemeran utama didalam kisah cinta yang baru dimulai. Tapi saat Inara memasuki kehidupannya, Inara menyadari sebuah fakta yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. Fakta dimana dirinya bukan pemeran utama, melainkan hanya sebuah figuran yang bahkan tak dianggap keberadaannya. Bahkan hanya dianggap hama penggangu dikisah cintanya sendiri. Kisah dimana dirinya merasakan kepahitan didalam hidupnya. Mengetahui semua fakta itu, membuat Inara harus memilih antara pergi atau bertahan. Inara memilih bertahan, memang bodoh. Tapi hatinya berkata dirinya harus bertahan, karena Inara begitu mencintai seseorang yang mana adalah suaminya sendiri. Suami yang berkata mencintaiku disaat pertemuan pertama, tapi kenyataannya cinta itu bukan untuk dirinya, melainkan untuk sang pemeran utama wanita, bukan dirinya yang hanya seorang figuran. Ikuti kisah hidup Inara dalam memperjuangkan semestanya.
Buka▼
Bab

Jantungnya berdegup kencang, hari dimana adalah saksi bisu cintanya menjadi halal. Inara tak henti-hentinya memancarkan senyuman kebahagiaan, wajahnya bersinar sangat cantik sekali.

Sekarang Inara berada didalam kamarnya yang sederhana. Dirinya melihat pantulan cermin, dirinya sendiri yang sudah menggenakan gaun pengantin berwarna putih. Semua orang mengatakan kepada dirinya sangat sempurna, dihari pernikahannya ini.

Sungguh Inara sangat bahagia menikah dengan orang yang dicintainya. Ia hanya menunggu calon suaminya mengucapkan ijab kabul dan setelah itu, Inara akan dibawa keluar menemui suaminya.

Dirinya hanya berdoa saja didalam kamar, agar calon suami yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik dan benar. Hanya itu harapana Inara di detik sekarang ini.

"Calon suami kamu itu hebat, jadi jangan cemas."

Inara menoleh mendengar ucapan itu. Bibirnya tersenyum saat mendengar suara ibunya, yang mana sedang menenangkan dirinya. "Iya Bu." jawab Inara seraya tersenyum lembut kepada ibunya.

Sudah 1 jam Inara menunggu didalam kamarnya dan 5 menit yang lalu, akhirnya acar ijab kabul akan dimulai dan calon suaminya sudah berada didepann penghulu.

Sebentar lagi juga Inara akan berubah statusnya menjadi seorang istri bagi suami yang ia cintai. "Mari kita keluar, suami kamu sudah mengucapkan ijab kabul dengan sempurna."

Inara tersenyum mendengar kabar yang disampaikan ibunya itu. Dirinya berterima kasih kepada Tuhan, karena sudah melancarkan semuanya hari ini. Inara dibantu sama ibunya untuk berdiri.

Inara kembali melihat ke arah cermin, ia ingin memastikan kalau riasan atau apapun itu tak ada kesalahan. Setelah Inara memastikan sendiri, kalau dirinya baik-baik saja.

Kakinya dengan hati-hati, melangkah untuk keluar dari kamarnya yang mana sudah di dekor dengan indah dan cantik. Inara melangkah dibantu dengan ibunya yang selalu berada disamping dirinya.

Bibirnya tak henti-hentinya tersenyum dihari yang sangat bahagia ini. Wajah yang tadi menunduk malu-malu, ia dongkakan wajahnya. Setelah ibunya mengatakan kalau dirinya sudah berada didepan suaminya ini.

Inara mendongkakan kepalanya, mata indah dan bersih milih Inara langsung melihat ke arah raut wajah suaminya. Wajah pria yang mana sudah menjadi suami dan sudah halal bagi dirinya.

Inara duduk disamping suaminya, lalu ia menandatangi buku pernikahan. Setelah itu semua, Inara mencium tangan suaminya. Pertama kalinya Inara melakukan hal ini.

Hal itu membuat jantung Inara bergerumuh, saking gugupnya menyentuh tangan suaminya sendiri. Tapi dengan bimbingan ibu dan penghulu. Akhirnya Inara bisa menyentuh tangan suaminya.

Inara mencium tangan pria yang sudah menjadi suaminya. Saat itu juga Inara merasakan sebuah kecupan di puncak kepala dirinya. Matanya melihat kedua tangan yang digenggam dengan lembut sama suaminya sendiri.

Bibir Inara menjadi tersenyum manis, suaminya selalu saja bisa membuatnya merasa bahagia. Membuat dirinya merasakan cinta amat luar biasa. Sungguh beruntung dirinya bisa mendapatkan suaminya ini.

Walaupun hanya sebuah pertemuan singkat antara dua keluarga, tapi karena pertemuan singkat itu. Tumbulah rasa cinta dirinya dan juga calon suami. Inara dulu sangat mengacuhkan suaminya.

Tapi setelah perjuangan suaminya, yang berkali-kali menyakinkan dirinya, kalau hanya ia saja yang dicintai dan disayangi. Karena hal itu semua, pada akhirnya Inara luluh akan kata-kata manis dan semua perbuataan suaminya, yang berjuang mendapatkan dirinya.

Setelah perjuangan 3 bulan suaminya. Inara luluh dan menyetuji pernikahan ini. Pada hari dimana ia mengatakan setuju, pada hari itu juga semua orang bahagia. Kedua keluarga tersenyum penuh kebahagian.

Inara menjadi yakin akan pilihan dirinya ini benar. Inara bahagia, apalagi ia sangat diterima dikeluarga suaminya yang begitu menyayangi dirinya. Apalagi yang dibutuhkan seorang wanita.

Disaat suami yang mencintai dengan tulus dan keluarga suami yang menerima keluarga baru dengan tangan terbuka. Pandangan mata Inara melihat ke arah ke dua orang yang di sayangi dan cintai.

Ke dua orang itu adalah adik laki-lakinya dan ibunya yang selalu mendampanginya. Hanya mereka saja, Ayahnya sudah meninggal disaat adik laki-lakinya masih berada didalam kandungan ibu.

Inara dan suaminya melangkah mendekati orang tua masing-masing, untuk meminta doa dan juga restu. Inara sudah menyakinkan dirinya, kalau ia tak akan menangis.

Jika dirinya menangis, pasti ibu dan adik laki-lakinya juga akan menangis, karena dirinya sudah tak akan selalu bersama mereka. Karena sekarang Inara sudah memulai lembaran kehidupan yang baru.

Bersama pilihan hatinya, yang berada disampingnya ini. Inara memeluk ibunya dengan air mata yang mengalir, tangan lemah milik ibunya mengusap air mata yang jatuh dari mata indah miliknya.

"Jangan menangis di hari bahagia kamu Nak. Kamu harus tampil cantik dan tetap tersenyum. Ibu bahagian kamu mendapatkan pasangan yang baik dan jadi istri yang patuh sama suami."

Inara menganggukan kepalanya saat wejang-wejang yang ibunya katakan kepada dirinya. Inata bergeser kesamping setelah memeluk ibunya, ia mendekati adik laki-laki.

Inara juga memeluknya dalam-dalam. Adik laki-lakinya ini sudah berumur 21 tahun, sudah dewasa. Saat inara memeluk adiknya ini, ia memgatakan kepada adik satu-satunya ini untuk menjaga ibunya.

"Aku akan menjaganya dengan baik. Jadi kakak tenang saja," ucapnya.

Inara tersenyum manis mendengar ucapan adiknya. Ia pun mengusap-usap kepala adiknya, yang cepat sekali sudah tubuh menjadi pria dewasa yang tampan seperti ini.

***

Pukul 10 malam hari. Didalam kamar yang sederhana milik Inara, yang mana sudah didekor dengan indah dan cantik. Inara sedang duduk dimeja rias, seraya menyisir rambut pendek sebahu miliknya.

Akhirnya setelah berjam-jam, Inara sudah bisa melepaskan gaun pernikahan dan juga sanggul yang berat itu. Tubuhnya juga jauh lebih segar, selepas mandi membersihkan seluruh tubuhnya.

Pandangan mata Inara melihat ke arah jam yang sudah menunjukan waktu 10 malam lewat 10 menit. ia tak melihat keberadaan suaminya didalam kamar. Mungkin saja masih bicara orang-orang.

Inara duduk di ranjangnya, dengan perasaan yang campur aduk karena malam ini juga adalah malam pertama. Sejujurnya ia merasa lelah, tapi ia tak boleh menolak jika suaminya mengingkannya.

Memikirkan malam pertama saja sudah membuat pipi Inara menjadi bersemu merah. Inara sangat malu membicarakan hal itu, walaupun ia sudah dewasa yang berumur 25 tahun.

Sambil menunggu suaminya, Inara membereskan pakaian yang terisisa untuk dimasukan ke dalam koper besar miliknya. Inara hanya menginap satu malam saja dirumanya ini.

Besok hari, Inara akan diboyong sama suaminya ke rumah yang akan menjadi awal baru, dimulainya kehidupan pernikahan dirinya. Inara kembali melipat pakaiannya sendiri.

Sekali-kali mata Inara melirik ke arah jam dinding, sudah 20 menit berlalu. Tapi suaminya itu belum juga masuk ke dalam kamar. Hingga sampai Inara sudah memasukan semua kebutuhannya didalam koper.

Tapi suaminya itu belum juga ada tanda-tanda akan datang ke dalam kamarnya, padahal waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Inara yakin kalau orang-orang juga sudah pada pulang.

Apalagi Inara tak mengundang orang banyak, hanya keluarga terdekat saja. Itu semua hasil dari perundinganya dengan suaminya tersebut. Makannya Inara yakin, sudah tak ada tamu lagi.

Inara yang menjadi cemas, segera mengambil ponsel. Inara mengirimkan pesan kepada suami tersebut, menanyakan keberadaanya itu. Saat Inara menunggu balasan pesan.

Matanya melihat ke arah ponselnya, yang mana tertera nama suaminya yang masih mengunakan panggilan nama biasa. Inara tersenyum, karena dirinya akan menggubah panggilan nama suaminya, menjadi

'Mas Rizaldi.'

***

Hallo semuanya, mohon dukungan untuk novel author ini. Berikan dukungan kalian dengan cara komen.

Jangan lupa juga follow IG author. IG: @Intanazel.