PopNovel

Baca Buku di PopNovel

About Love

About Love

Penulis:Asihdias

Berlangsung

Pengantar
Reta hanya ingin hidupnya tidak diusik oleh siapa pun atau apa pun. Terlebih oleh yang namanya cinta. Memilih memasang topeng dingin di hadapan semua orang agar hidupnya tenang. Namun, semua yang Reta harapkan tidak terjadi saat Alvin masuk ke dalam kehidupannya. Kehadiran pemuda itu membuat hidup Reta yang awalnya tenang menjadi terusik. Alvin menawarkan hangatnya cinta pada dirinya dan itu cukup membuat kebekuan hatinya mulai mencair. Namun, apa itu cukup untuk membuat luka di hati Reta sembuh? Apa Reta akan membuka hatinya untuk Alvin dan menerima cinta yang ditawarkan Alvin padanya? Bagaimana akhir kisah keduanya?
Buka▼
Bab

Cinta itu ...

Seperti apa rasanya?

Dapatkah aku merasakannya?

Bahagia itu ...

Bagaimanakah rasanya?

Dapatkah aku merasakannya?

***

"Tidakah kau mengerti, aku ingin putus darimu?"

Suara keras dari seorang pemuda mengalihkan perhatian semua orang di kelas yang cukup ramai itu, termasuk seorang gadis yang tengah memandang ke arah luar melalui jendala kelasnya. Namun, itu hanya sesaat sebelum ia kembali menatap pemandangan di luar kelas seolah pemandangan itu lebih menarik dibanding apa pun, termasuk drama percintaan teman-temannya.

Cinta!

Kata yang tidak pernah terlintas di kepalanya. Kata itu seolah tidak ingin menyapanya, meski untuk sesaat. Kapan ia akan merasakan hal itu? Hal yang membuat siapa pun menjadi bahagia? Atau mungkin terluka? Seperti yang terjadi pada temannya saat ini.

Ah! Ia ingat sekarang cinta pernah ia rasakan dulu, bersama ayah dan ibunya. Cinta dari keluarga dan sebuah kebahagiaan yang sempurna. Namun, semua itu terenggut darinya. Bahkan sebelum ia mengerti apa itu cinta dan bahagia. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan sendiri di usianya yang masih belia.

Meninggalkannya dalam dunia menjemukan karena orang-orang di dekatnya selalu memakai topeng. Topeng yang kini ia pahami dengan jelas artinya. Topeng kemunafikan untuk menutupi kebusukan mereka.

Bahagia!

Satu lagi kata yang terlintas dalam benaknya. Banyak orang yang mengatakan bahagia itu sederhana. Tapi sampai sekarang ia belum menemukan sesederhana apa bahagia itu? Seperti apa bahagia itu? Kapan ia akan menemukan jawaban itu? Ah entahlah. Ia pun tak peduli akan hal itu. Ia hanya ingin menjalani hidupnya dengan tenang tanpa seorang pun yang mengusiknya.

"Selamat pagi ...."

Suara sapaan dari dosen menyadarkannya dari semua yang terlintas di pikirannya. Perhatiaanya kini teralih pada dosen dan buku yang ada di atas mejanya, tanpa mengetahui seseorang memperhatikannya sejak tadi dengan pandangan yang sulit diartikan.

***

"Cinta itu memang buta ya, Kak?"

"Kau tahu sendiri jawabannya," jawab pemuda yang ditanya tanpa menoleh. Manik tajamnya masih tidak lepas dari gadis yang ditatapnya sedari tadi. Gadis yang sudah memenuhi hatinya sejak pertama mereka bertatap muka. Bukan karena jatuh cinta pada gadis itu pada pandangan pertama, tapi karena mata gadis itu. Mata yang indah tapi tanpa kehidupan di dalamnya. Mata yang memancarkan kehampaan tanpa emosi sedikit pun. Mata yang menghipnotisnya dan membuatnya penasaran hingga kini. Mata yang menunjukkan banyak misteri pada hidup pemiliknya. Bahkan mata itu pula yang akhirnya membuatnya jatuh hati ke pemiliknya. Rasa yang entah kapan tumbuh di hatinya. Hingga kini ia sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa jatuh cinta pada sosok itu. Sosok yang menurut teman-temannya manusia terdingin tak berperasaan. Namun, ia tidak peduli, yang ia tahu hanya sosok itulah yang mampu mengikat hatinya dengan cinta. Cinta yang ia yakini akan membawa kebahagiaan untuknya pun pada yang dicintainya.

Cinta itu buta?

Itulah yang ia alami sejak merasakan perasaan itu di hatinya. Saat teman-temannya menjauhi sosok tak tersentuh itu ia justru ingin mendekat. Ia tak peduli pada orang lain yang menyindir, mencibir, mengejeknya karena mencintai sosok yang jelas tidak mungkin ia dapatkan. Jangankan mendapatkan sosok itu menjadi kekasih, mendekati sosok itu saja mustahil bagi mereka. Tetapi karena hal itulah ia ingin membuktikan bahwa sosok itu tidaklah seperti yang orang pikirkan selama ini.

Sosok dingin itu juga manusia yang memiliki hati dan perasaan. Jika hati dan perasaaanya membeku maka dirinyalah yang akan menghangatkan hati dan perasaan sosok itu. Ia akan membuat sosok itu menjadi hangat, sehangat mentari pagi. Ia akan mengubah sosok itu menjadi hangat dengan cintanya.

Ia akan berjuang untuk cinta dan bahagianya. Sudah waktunya untuk itu dan ia tidak akan menyerah meski sosok itu menolak kehadirannya. Ia akan lakukan apa pun untuk menyentuh dan mencairkan hati sedingin es itu. Tidak apa-apa jika sosok itu menolaknya cintanya, tapi setidaknya sekali saja ia ingin melihat binar kehidupan dalam mata yang hampa itu. Bukan hanya kehampaan yang ia lihat selama ini. Iya itu yang ia inginkan.

***

"Akan lebih baik jika kau merasakannya sendiri, bagaimana cinta itu, daripada kau membaca cerita-cerita seperti ini."

Perkataan itu sontak membuat seorang gadis mengangkat wajahnya. Namun, itu hanya sebentar sebelum perhatiannya teralih lagi pada novel romance yang ia baca.

"Aku tidak yakin kau mengerti isi dari novel itu. Lihat! Kau tidak berekspresi apa pun saat membacanya. Biasanya yang membaca cerita seperti ini akan selalu bereaksi, bahkan kadang berlebihan."

"Sebuah kisah biasanya akan membuat seorang bereaksi, entah sedih, bahagia atau apa pun itu, sedangkan wajahmu itu tidak menunjukkan apa pun selain kehampaan. Untuk orang yang tidak memiliki emosi sepertimu percuma membaca novel picisan seperti ini. Atau jangan-jangan kau ingin belajar berekspresi dan menunjukkan emosimu dari novel ini?"

Tidak menghiraukan ocehan pemuda di depannya, gadis yang sejak tadi membaca novel itu langsung berdiri dan pergi tanpa peduli pemuda di depannya kaget dengan suara yang ia timbulkan akibat menutup buku bacaannya dengan keras. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya, pergi dari pemuda yang mengganggu ketenangannya sejak satu minggu yang lalu.

Ia sudah cukup muak untuk menghadapi mereka yang mencoba mendekatinya hanya karena harta, kekuasaan dan popularitas. Berpura-pura bersikap baik tapi nyatanya semua hanya kepalsuan untuk mendapat apa yang diingikan. Munafik! Sekarang tambah satu orang lagi yang seperti itu.

Tidak bisakah ia menjalani hidupnya dengan tenang tanpa seorang pun yang mengusiknya? Uh! Rasanya ia ingin menjauh dari semua kegilaan orang-orang terhadap apa yang mereka puja. Namun, nyatanya ia masih di sini. Bukan karena ia tidak ingin dan tidak bisa pergi, tapi karena orang-orang itu akan menikmati semua yang telah dikorbankan oleh orang tuanya dengan seenaknya jika ia pergi. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia akan menjaga semua peninggalan orang tuanya dengan baik sampai ia lelah atau mungkin menemukan orang untuk menggantikannya. Mungkin?

Sementara itu, pemuda yang terkejut itu mengubah ekspresi wajahnya. Ia terkekeh pelan setelah gadis yang tadi diceramahinya pergi. Ia tersenyum penuh arti "Sudah kuduga kau memilikinya, dan akan kupastikan aku akan melihat dari sekadar ini. Lihat saja nanti," ucapnya penuh keyakinan.

***

"Apa kau tidak lelah selalu ditolak seperti tadi, Kak?"

Pemuda yang sedang tersenyum sambil memperhatikan seseorang yang melangkah menjauhinya itu menoleh "Aku tidak ditolak," elaknya.

Mendengar jawaban itu, pemuda bertubuh jangkung yang tadi bertanya hanya bisa menggeleng dengan kepercayaan diri yang dimiliki oleh sepupunya. Sudah jelas-jelas gadis yang selalu dikejarnya itu pergi, tapi masih saja mengelak. Dasar keras kepala! Atau cinta memang seperti ini? Membuat siapa pun menjadi gila? Ah entahlah. Ia benar-benar tidak mengerti tentang hal ini.

"Kau belum merasakan cinta makanya kau tidak mengerti apa yang dilakukan kakakmu itu."

Seorang pemuda lain yang sejak tadi diam menimpali pembicaraan antara kedua sepupu itu. Ia pernah merasakan bagaimana cinta menyentuh hatinya. Membuatnya merasakan apa yang itu bahagia. Ya! Bahkan sampai sekarang pun ia merasakan kedua hal itu bersama orang yang ia cintai tentunya. Dua hal yang tidak banyak orang mendapatkannya dengan mudah, termasuk sahabat dan gadis yang sejak tadi mengalihkan perhatian sahabatnya ini meski sosok gadis itu telah menghilang dari pandangan mereka. Hm ... cinta memang mengalihkan duniamu.

Pemuda jangkung yang ditegur itu hanya berdecak saat sahabat kakaknya mulai bicara. Huh! Menyebalkan. Apa salah ia belum pernah merasakan perasaan itu pada seseorang? Tidak, 'kan? Hatinya hanya belum menjatuhkan pilihan. Hanya itu. Jika saatnya tiba pasti ia akan merasakan cinta itu seperti apa dan bagaimana bahagia bersama cintanya itu. Hanya perlu menunggu saja. Ah! Sekarang ia tidak ingin memikirkan hal itu. Melihat kakak sepupunya bersikap seperti orang gila saja sudah membuatnya pusing. Apalagi memikirkan sesuatu yang entah kapan datangnya. "Kau menyebalkan, Kak," ujarnya dengan kesal.

Mendengar perkataan itu, pemuda yang tadi memberi petuah hanya terkekeh. "Lebih menyebalkan mana dibandingkan sepupumu yang gila itu?" tanyanya sambil menunjuk sahabatnya yang masih saja tersenyum.

Keduanya kembali menatap pemuda yang tadi menjadi objek pembicaraan. "Kalian sama saja. Sama-sama menyebalkan."

Merasa diperhatikan pemuda yang tersenyum itu menoleh ke arah adik sepupu dan sahabatnya. "Apa?" tanyanya dengan polos. "Aku hanya menatap orang yang aku cintai, apa itu salah?" imbuhnya lalu tersenyum lagi membayangkan wajah gadis yang telah mencuri hatinya itu.

Ia ingat dengan jelas, meski sekilas wajah dingin itu menampilkan emosinya. Iya benar! Ada emosi yang tersembunyi di balik wajah dingin itu. Ia tidak akan lupa sedikit kedutan kesal di wajah cantik itu meski sesaat sebelum gadis itu pergi. Ini memberinya semangat untuk mendekati orang yang dicintainya.

Ia akan membuat wajah dingin itu berekspresi dengan cintanya. Bukan hanya ekspresi kesal tetapi juga sebal, marah, dan yang paling ingin ia lihat di wajah yang dicintainya itu adalah senyum dan bahgia. Ia

ingin memberikan cintanya agar wajah itu tersenyum dan bahagia. Ia yakin cepat atau lambat hal itu akan terjadi. Ia tidak akan menyerah meski sosok itu terus menolaknya. Ia akan membuat sosok itu menerima kehadirannya, bahkan cinta dan bahagia yang ia tawarkan. Ah ia sudah tidak sabar kapan itu bisa terwujud. Akan ia pastikan hal itu akan terjadi sebentar lagi.

Sementara kedua orang yang tadi sempat berdebat itu saling berpandangan dan mendengkus. "Cinta memang membuat orang gila," gumam keduanya kompak.

***