PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Ayah Presiden, tolong bertanggung jawab

Ayah Presiden, tolong bertanggung jawab

Berlangsung

Pengantar
Enam tahun yang lalu, dia terpaksa pergi darinya, yang telah terluka parah dalam kecelakaan mobil, dan enam tahun kemudian, dia kembali bersama putranya. "Lepaskan!" Xiao Wei, mengenakan mantel putih, sedang melihat seseorang untuk pemeriksaan medis, tetapi seseorang berkata, "Lepaskan untukku." " "Maaf, dokter tidak punya kewajiban." "Tapi aku seorang wanita." "Hanya mantan pacar!" Pada akhir pemeriksaan medis Xiao Wei mengambil daftar periksa, dengan sangat sengaja mengatakan: "Peradangan kistik, menyarankan Mr. Lu untuk tidak hidup X baru-baru ini." " Kata-kata jatuh, pria itu langsung melompat, tidak menghadapinya di bawah tekanan: "Bagaimana dengan kehidupan X?" " Setelah malam, hal kecil itu melihat rumah itu, menatap seseorang: "Paman Lu, apakah kamu bertanggung jawab atas ibuku?" "
Buka▼
Bab

Kota Jakarta, rumah sakit

Nona Chika, masa kritis suamimu, Alex sudah lewat , tidak perlu khawatir lagi.

"Sungguh?" Chika bertanya dengan nada tidak percaya, air matanya mengalir turun, syukurlah, syukurlah, dia tahu Alex tidak akan mati.

Melihat Chika yang menangis bahagia , Dokter itu tersenyum: " Dan, selamat, Anda hamil." 

Chika menerima hasil pemeriksaan laboratorium dengan tangan yang gemetar, tidak sabar untuk mengabarkan kabar baik ini kepada Alex.

Tak disangka, baru saja membuka pintu, ia langsung bertatapan dengan sepasang mata yang menatapnya dengan sorot dingin, beliau adalah calon ibu mertuanya, Susan.

Chika tanpa sadar melindungi perutnya.

Mata Susan menyipit dan menatapnya tajam, lalu merebut kertas pemeriksaan itu : "Chika, kamu terlalu naif, selama saya masih hidup, selamanya kamu tidak akan pernah bisa menikah dan menjadi bagian dari keluarga Louis." 

Selesai berkata, ia langsung memerintahkan pada pengawal di sekelilingny: "Kirim dia ke ruang operasi untuk aborsi ! "

———

Enam tahun kemudian, di sebuah apartemen di Kota Medan.

Setelah Chika menyelesaikan sarapannya, ia menyapukan riasan tipis pada wajahnya, lalu meminta sebuah ciuman keberuntungan dari putrinya sebelum berangkat.

Mama, Mama harus semangat untuk  wawancara hari ini ya. 

"Oke sayang, Mama pergi ya, kamu tunggu Mama di rumah. "

"Ya, aku akan menunggu kabar baik dari Mama, jadi jangan mengecewakanku." Pesan Luna membuatnya terlihat seperti orang dewasa kecil.

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Luna, Chika lalu naik taksi ke RS Gemilang.

Rumah Sakit Gemilang termasuk rumah sakit yang memiliki reputasi bagus di kotanya, dapat masuk dan bekerja di sini telah menjadi impian Chika.

Untuk melewati rintangan ini , mulai dari berda di peringkat pertama saat ujian tertulis sampai pada tahap terakhir wawancara, Chika juga telah membuat persiapan yang cukup, jadi dia yakin bahwa dia bisa mendapatkan pekerjaan ini.

Chika yang duduk di luar ruangan wawancara jauh lebih tenang daripada kandidat yang lain, tetapi rasa tegang juga bisa menular, saat hampir tiba gilirannya, dia lebih baik pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.

"Aku sedang di Kota Medan sekarang... Oke, sampai ketemu besok. "

Dari luar kamar mandi terdengar suara rendah pria , kesannya tidak asing, mendengar suara ini Chika seolah-olah tersengat listrik, seakan tidak dapat bergerak selama sedetik, lalu dia bergegas keluar, hanya untuk melihat sosok punggung yang bergegas menghilang di ujung koridor.

Dia berlari beberapa langkah dan mencoba mengejarnya , namun detik berikutnya dia menertawakan dirinya sendiri.

Bagaimana mungkin dia bisa berada di sini?

Segera setelah dia kembali ke tempat duduknya, perawat memanggil nomornya , Chika lalu mendorong pintu untuk masuk setelah menarik napas dalam-dalam.

Tetapi segera setelah dia masuk, senyum di wajahnya membeku. Tidak seperti pewawancara lain yang menggunakan jubah putih , dia mengenakan setelan jas berwarna gelap yang mencolok .

Dia menatap wajahnya, tidak ada yang berubah sedikitpun, garis wajah yang indah, iris matanya yang gelap, bibir yang tipis, tetapi juga seolah semuanya telah berubah.

Nama yang begitu akrab baginya, masih dalam pikirannya selama beberapa detik sebelum menjadi jelas.

Alex..

Ini benar-benar dia, tapi bukankah dia adalah  presiden Louis Corporation? Bagaimana bisa dia berada di sini?

Chika berada di sana seperti orang bodoh, sementara matanya hanya meliriknya sekilas, tanpa sengaja bersitatap sekilas dengan mata hitam itu, tetapi hatinya seperti telah dihantam sesuatu.

Tapi pandangannya saat menatap Chika, seperti orang asing.

Chika berjalan perlahan ke tengah, lalu membungkukkan badannya: "Halo semuanya, nama saya Chika." "

Baru saja ia berucap, dan para penguji lainnya belum sempat berbicara.

Nada suara dingin itu memasuki indra pendengarannya: "Nona Chika, mengapa Anda melamar untuk menjadi dokter?" 

Chika yang tiba-tiba ditanya terdiam sesaat, ia menghindari pandangan mata pria itu, lalu berkata pelan: "Karena saya ingin ... menyelamatkan yang sekarat dan terluka. "

"Menyelamatkan yang sekarat dan terluka?" Alex merenung sejenak, lalu bertanya dengan nada suara yang penuh ejekan: "Oh, lalu menurut Anda, apa yang paling penting untuk menjadi seorang dokter?" 

"Etika medis."

"Jadi apakah Anda memilikinya ?"

Chika terdiam, tidak dapat berkata-kata.

Alex sedikit menaikkan sudut bibirnya, lalu hendak membuang data dirinya ke tempat sampah: "Seseorang yang bahkan tidak tahu apakah dia memiliki etika medis atau tidak, tidak disangka malah datang ke sini untk menjadi seorang dokter, lucu sekali!" 

"Saya memilikinya !" Chika berkata , "Saya bisa menjadi seorang dokter yang baik!" 

"Benarkah ?" Alex mencibir, "Apa Nona Chika benar-benar berpikir bahwa seseorang yang bahkan dapat meninggalkan penyelamat hidupnya dapat menjadi seorang dokter?" 

Kalimat ini membuat jantungnya serasa diremas, terasa sakit, sangat nyeri , selama enam tahun ini, hal yang paling tidak berani ia pikirkan adalah dia yang terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan terluka parah. 

Tangannya masih bisa terkepal erat, tetapi ia tidak bisa mengendalikan matanya yang sudah basah.

Suasana yang awalnya baik tiba-tiba terasa mencekam, pewawancara lain juga tidak berani bersuara sama sekali, hanya terdengar suara isakan Chika dalam keheningan itu.

Alex mengerutkan alisnya, dia juga bisa menangis? Ketika dia dengan kejam meninggalkannya setelah ia mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkannya, apakah dia juga menangis ?

"Saya pikir, Nona Chika lebih cocok untuk menjadi seorang aktris." Alex berkata tanpa rasa iba, "Berikutnya!"