PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I Am Still A Virgin

I Am Still A Virgin

Penulis:Pena Pemimpi

Berlangsung

Pengantar
Anez wanita yang kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan Suatu hari, Ayahnya sudah sakit-sakitan hingga Anez mengambil alih untuk menafkahi keluarga Dan dirinya mencoba mendaftarkan diri sebagai sekretaris ajudan EsEm entertainment dan bertemu Lingga seorang lelaki kekar, tampan, energik dan berkharisma "J-jadi kamu?" ucap Anez gelagapan. Untuk kelanjutannya langsung klik baca iyesss reader!!
Buka▼
Bab

Pagi yang ramah dan sinar matahari pagi menyinari sisi kecil kamar kos-kos Anez dan sampai akhirnya Anez terbangun dari tidurnya. Badannya sangat pegal. Belum lagi pagi ini ia akan masuk kantor dan ada meeting, hari ini adalah hari pertama Anez bekerja sebagai sekretaris Bos besar.

“Sialan, gue bisa terlambat nih ah,” tukas Anez segera beranjak mandi.

Anez mandi membasahi tubuhnya dengan lembut, setiap sisi tubuhnya ia pijat dengan lembut. Pagi ini pokoknya dia harus wangi dan cantik dan menawan karena dirinya diterima sebagai sekretaris Bos.

Setelah itu Anez bergegas mengganti pakaiannya dengan pakaian kantor yang rapi, selain rapi Anez terlihat menggiurkan saat memakai jas kantor dan rok pendek yang ketat sampai-sampai lekukan tubuhnya begitu terlihat.

‘Hallo Papa, Mama?’

‘Iyah nak, gimana hari ini udah masuk kerja di Jakarta?’

‘Alhamdulillah udah Mak, bilang ke Bapak gak usah kerja dulu’

‘Iyah iyah’

‘Yasudah Anez tutup teleponnya yah Ma’

Klik.

Anez langsung menahan taksi yang lewat di depan kos-kosannya, mengarahkan menuju kantor tujuannya hari ini. Setibanya, Anez menjadi pusat perhatian seluruh karyawan pagi itu, membuat Anez merasa canggung saat berjalan menuju ruang kerjanya.

“Mbak Anez, yah?” tanya salah satu pegawai kantor terlihat seperti orang nomor satu juga dikantor.

“I-iyah, Pak. Maaf Bapak siapa yah?” tanya Anez.

“Saya ajudan Bos besar, perkenalkan saya Andre, panggilan orang-orang di sini pak Andre udah gitu aja,” tukasnya.

“Oiya ruang kerja mbak Anez tidak dibuat secara khusus, mbak Anez patneran sama bos, dan meja kerja mbak berada di dalam ruangan bos besar”

“Hah? Di ruangan bos juga?” tanya Anez.

“Iyah, memangnya kenapa, Mbak?”

“Gak pa-pa”

“Yasudah mari mbak akan saya arahkan ke ruangan Bos besar,” ucap pak Andre.

Anez merasa gugup, ia pun juga merasa gerah, bajunya pun sangat ketat, membuat kancing baju bagian dalam Anez terbuka tanpa ia sadari.

Tok tok tok

“Permisi bos”

“Masuk”

Suara dari dalam membuat Dena semakin kikuk.

“Ini sekretaris Bos besar yang baru diterima dan lolos berkas kemarin Pak”

“Baik. Kamu silahkan keluar sekarang,” ucap Lingga Atmajaya.

“Baik bos”

“Dan kamu Anez kan? Silahkan duduk di meja kerja kamu, jangan hanya berdiri disitu menanti untuk di sanjung bak Puteri?”

Perkataan dan kesan pertama Anez bersama bos menyebalkan itu membuat dirinya semakin gerah berada dan bekerja seruangan dengannya.

“B-baik” ucap Anez.

Lingga memerhatikan lekukan tubuh Anez dengan tajam, Lingga memang sangat suka bermain cinta malam dengan wanita-wanita di Bar. Kebetulan sebentar malam adalah malam Minggu. Waktunya Lingga beraksi untuk mengeluarkan cairan kental yang nikmat.

Pertama-tama Anez mengambil kemoceng di sisi meja yang berdekatan dengan Lingga bos-nya itu, ia masih saja segan untuk pertama kalinya, sampai akhirnya ia terpeleset dan terjatuh di depan Lingga, sedikit terhempas sisi kemeja yang ia pakai pagi ini, dan melihatkan separuh dua gunung yang besarnya bukan main dan itu tepat di depan mata Lingga.

Lingga tercengang dan tangannya seakan ingin menyeret untuk meremas dua gunung yang berada di depannya itu, “Aku menyukainya.”

“Apa?” Anez bertanya dengan nada ringan, tanpa disadarinya kancing baju nya terbuka.

“Coba lihat,” ucap Lingga.

“Oh, maaf tuan”

“Lo pengen menggoda gua?” tanya Lingga.

Spontan Anez menjawab, “Dih apaan lu ge’r.”

“Ow jadi lu juga berani ngejawab gua kek gitu sebagai bos lu?”

“T-tadi, ah gue minta maaf, dan seharusnya elu sebagai bos, matanya dijaga jangan jelalatan!"

“Berani banget ngebentak gua lu! Sini” Lingga menarik kasar lengan Anez dan menyeretnya ke dinding, di sana Anez seperti disergap oleh orang yang kehausan darah.

“Lu mau ngapain hah? Jangan macem-macem yah, walaupun aku baru kerja hari ini dan walaupun elu juga boss besar perusahaan ini gua gak akan takut! Secara cara lo sama sekretaris lo kayak gini gak punya etika!

“Hoh, jadi gua gak punya etika maksud? Heh? Asal lu tau. Lu tuh baru di sini jangan so iyess banget yah, gua bisa aja mecat lu sekarang kalau gua mau!” bentak Lingga.

“Lagian gua gak minta untuk diterima di sini, dan gua gak maksain diri juga,” ucap Anez.

“Heh denger yah, mulai sekarang lu diam aja gak usah banyak omong, basi tau nggak”

Lingga mengambil jas nya dan keluar membanting pintu ruangannya membuat beberapa staff bagian melihat terkaget-kaget pada pandangan itu. Mereka semua menunduk pada saat Lingga melintas di depan meja kerja mereka, mungkin mereka semua bertanya tanya ada apa dengan sekretaris baru itu? Yaitu Anez.

***

Sepulangnya dari kantor, Anez merasa sangat lelah dan badannya terasa sakit akibat cengkraman Lingga bos besar di perusahaan tempat kerjanya.

‘Hallo Nezz?

‘Iyaj, ni siapa?’

‘Aku Eli, eh lu terima gak perkejaan semalam yang aku tawarin sama elu? Yah kalo gak mau gimana lagi, Jakarta keras Nezz, gimana mau gak? Di sini kamu bisa melihat banyak lelaki-lelaki tampan bertubuh kekar, maskulin dan juga mereka kebanyakan bos-bis besar, bar ini terkenal di Jakarta, pasti mereka akan puas kalau main ama elu, secara lu cantik, semok, manis, menarik, seksi, kurang apalagi?’

sejenak terdiam. Pekerjaan yang dimasukkan Eko teman Anez yaitu menjadi kupu-kupu malam.

Anez tak menginginkan semua ini, tapi ia harus melakukannya, utang Bapak sama Ibu Anez sudah sangat banyak dan tak bisa lagi dilunasi oleh mereka, jika tidak rumah dan tanah mereka akan disita.

Anezz merasakan sedih tak terasa air matanya jatuh. ‘O-oiyah, aku terima.’ Keputusan yang berat namun harus dia lakukan sekarang.

‘Yah! Gitu dong, maaf yah aku gak maksa tapi kamu katanya butuh Nezz'

‘Gak pa-pa kok, ini keputusan aku. Malam ini ada job gak? Aku siap’

‘Yakin lu? Ada tiga job kata Momo’

‘Kesini aja dulu ntar, ingat pakai pakaian yang seksi hot dan menarik’

‘I-iyah, El’

Anez terpaksa melakukan pekerjaan sampingan yang terbilang rendahan dan najis baginya itu, tapi apalah daya ia harus melakukannya. Ia tak ingin warisan Kakek nya diambil alih oleh sangkakala penagih hutang piutang itu.

[Di CLUB MALAM]

Lampu kelap-kelip menyilaukan mata Anez,, di sisinya tak ada lagi ruang untuk bergerak leluasa, semua orang yang berada di club malam itu menari modern dan meminum alkohol tentunya. Terlihat juga wanita-wanita malam sepertinya sudah terbiasa memangku para pria.

Anezz menelan salivanya, “El, gua harus kemana nih setelah ini?”

“Ikut gua, lu udah di jadwalin ama bos besar yang masih muda tentunya, si tuan muda yang satu ini memang senang tiap kali kesini, tapi belum ada wanita yang cocok dengannya untuk memadu kasih dengannya”

Ucapan Eli membuat Anez lagi-lagi menelan salivanya. Anez takut dan gugup, entah apa yang harus ia lakukan malam ink bersama pria itu.

“Tuan, ini salah satu wanita pilihan dari Momo, tuan bisa bersamanya malam ini, dan bersenang-senang dengannya sesuka hati tuan. Saya tinggal yah tuan muda. Jika ada yang kurang tinggal call aja”

Anez menginjak kaki Eli dan berbisik, “Li! Elo udha gila ninggalin gua sendiri?”

“Santai aja, entar juga lu bakal enak-enak ama dia,” ucap Eli terkekeh.

“Yaudan by”

“li..”

“HAH? KAMU!”

Lingga memutar kursinya, dan melihat wanita seksi yang ada didepannya adalah sekretarisnya sendiri. Yaitu Anezz. Lingga cukup terkejut. Secara tadi siang di kantornya Anez bersikeras untuk disentuh olehnya.

“OH, jadi selain menjadi sekretaris gua di kantor, elu juga jadi wanita...”

“Tunggu! Jaga ucapanmu! Jangan seenaknya yah tuan Lingga Atmajaya”

“Ssst, kecilkan suaramu itu Anezz, sekretarisku yang seksi,” ucap Lingga denga desahannya membuat Anezz merasa geli pada bagian lehernya.

“Lepasin Lingga! Lepasin gak?”

Anezz berusaha melepaskan pelukan Lingga yang begitu erat, “Lingga lepasin!”

“Dengar Nezz, gua menginginka elu ejak siang tadi, tapi lu sok sok suci banget!”

Lingga kali ini menarik sarkas Anez, dan melemparkannya ke ranjang yang sudah disiapkan malam itu, “Elo bisa apa apa sekarang hm?”

“Mau lo berusaha sekuat apa pun gua tetep gak mau! Udah lepasin”

“Ternyata wanita sok suci ini wanita malam dan sudah pasti tidak virgin lagi kan?”

Satu tamparan melayang keras ke arah pipi Lingga. Anezz tak terima dengan perlakuan dan cara bicara Lingga terhadapnya.

“Berani-beraninya lo yah”

“Apa? Iyah gua berani? Kenapa? Gua gak seperti yang elo katakan! Dan gua masih tetap menjaga kehormatan gua baik-baik!” tukas Anezz.

“Terus? Pekerjaan ini? Alah gak usah bohong lu, udah ketangkep basah masih juga ngeyel”

“Gua gak mungkin menjelaskan semuanya sama lu, tuan muda,” ledek Anez.

“Lo barusan nampar gua Nezz. Akibatnya Lo harus ganti dengan menikmati malam bersamaku, gua gak peduli masalah lo apa yang jelas gua mau membuktikan kalau lo tuh masib virgin apa udah kagak! Ngerti?”

“Gila lo yah?”

Anez mulai menciut dan sedikit takut dengan tatapan tajam Lingga seperti ingin menerkamnya malam itu juga, “Lo mau ngapain?”

“Buka! Cepet! Atau gua yang bukain mau?” bentak Lingga yang mulai tak tahan dengan kesemokkan tubuh Anezz yang ada di depannya, dua gundukan itupun mengenai wajahnya, membuat burung kecil Lingga berdiri kekar, demi apa Anezz pun merasakannya.

Tak munafik Anezz sebenarnya juga tertarik pada tubuh Lingga. Sebenarnya ia begitu menikmati sentuhan demi sentuhan sarkas Lingga. Hanya saja dia membencinya karena Lingga memberikan kesan tidak baik terhadapnya.

Lepasin aku mau balik kos aku”

“Eh lo butuh duit kan? Main dulu, gua gak akan lepasin elu Nezz"

Sedari tadi Lingga asyik membuka perlahan dress yang dikenakan Anezz. Hingga tak satu helai pun di sana. Anez menangis dan tak tahu harus berbuat apa, kekuatan Lingga tak mampu ia hempaskan. Dirinya begitu pasrah kali ini. Membiarkan Lingga orang pertama yang merenggut kehormatan yang telah ia jaga selama ini.

“Gundukan lu mulus juga, mau gua isep ah”

“Tunggu, j-jangan, tolong jangan, aku mohon”

Lingga menarik sarkas tubuh Anez yang sudah tak mengenakkan sehelai pakaian itupun di lahapnya dengan rakus, baru kali ini Lingga bercinta dengan wanita club malam itu.

Anezz hanya menangis meratapi tangis, di sisi lain Anezz juga mulai menikmati permainan Lingga di area sensitifnya, Anezz mulai berhenti menangis, dan mulai menikmati setiap sentuhan dari Lingga.

Anez mengerang, ia sudah tak tahan kalau harus menikmati malam ini tak klimaks bersama Lingga.

“Yeah! Sekarang lu bakal gua nikmati sesuka hati gua Nezz,” ucapan yang keluar dari mulut Lingga sudah tak karuan bagaimana tidak? Tubuh dan keelokan Anez memang membuatnya tak bisa berhenti bergerak.

“Yah, susah banget masuknya, Baby”

“Ah, Lingga sakit. Tolong jangan diterusin, please...”

Anez merasa sakit pada area sensitifnya, tak lama Lingga berhasil menerbangkan rudalnya ke liang kenikmatan milik Anezz sekretarisnya itu.

“Gila, lo masih virgin ya?”

“Terserah! Sekarang udah enggak,” Anez kembali menangis.

Lingga tak punya rasa kasihan sedikitpun pada Anezz. Ia terus saja menggerakkan tubuhnya sekencang-kencangnya, membuat Anezz ikut merasakan kenikmatan itu sampai tak sadar Ane,, sendiri yang meminta untuk digenjot oleh Lingga.

“AHKKK... Enak banget sumpah, aku gak kuat pengen keluar, Nezz"

“A-ah aku juga gak tahan Lingga,” ucap Anezz yang meremas rambut Lingga.

Dan ...

Keduanya melepaskannya, hingga mencapai kenikmatan yang tiada tara, Anezz masih menginginkannya tanpa ia sadari, tapi Lingga hanya menatapnya dan tersenyum. Ia memaklumi karena ini kali pertama Anezz melakukan hal itu bersamanya.

“Lingga...”

Anezz terbangun...

Bersambung