PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Kisah Meisa

Kisah Meisa

Penulis:Queensa

Berlangsung

Pengantar
Siswi terkenal akan kelemahannya dalam menghadapi masa putih abu abu. Siswi pendiem tanpa ada rasa balas dendam ketika dibuli sama temannya. Dia ialah Meisa Geraldine, seorang siswi cantik yang kuat dalam menjalani hiduonya tanpa adanya kasih sayang dari keluarga. Dibenci keluarga dan dianggap tidak ada oleh kedua orang tuanya sendiri. Suatu ketika, datangnya seorang laki laki yang kejam, tak berhati, pengusik yang selalu membuat kehidupannya yang sudah hancur makin hancur. Dia bernama Aiden Maheswara, cowok dingin dengan sejuta teka teki.
Buka▼
Bab

Meisa membuka pintu dan memasuki kelasnya dengan langkah kaki yang gontai. Dia masuk kelas, bukannya di sambut senyuman dari teman temannya, tapi malah sebaliknya. Dengan terang terangan teman temannya menatap sinis dan tajam kearahnya.

Ya, Meisa sudah terbiasa dengan sikap temannya. Tapi kali ini temannya sangat aneh. Walaupun juga bisanya juga aneh sih. Tetapi kali ini berbeda dari biasanya. Apakah Meisa bebuat salah sepagi ini?

Dan Meisa menemukan jawabannya ketika dia sampai di bangku miliknya penuh dengan coretan warna warni dan tumbukan sampah diatas mejanya. Dia mengepalkan tangannya erat, melemparkan asal sampah sampah ke arah tong sampah dengan rasa kesal.

‘pasti kerjaan cowok itu.’ batin Meisa kesal.

“Bau banget issshhh, bau apa sihh ini.” dengus teman satu kelasnya.

“Iya ya, bau amis banget ini,” sahur temanya yang lain.

“Kayaknya dari mejanya si Meisa noh liat aja,” sahut teman satunya lagi.

Meisa juga menghirup bau amis di dekatnya, dia merogoh laci mejanya. Menemukan bingkisan berbentuk kotak.

Meisa mengernyit heran, “Dari siapa?jangan bilang isinya aneh aneh.” batin Meisa bertanya-tanya.

Meisa meletakkan bingkisan itu diatas meja dan dia langsung membuka kotak tersebut. Dan ya, mau tak mau Meisa ingin mual detik ini juga.

Meisa mendengus, “Sialan.”

Tanpa pikir panjang, Meisa membuang kotak yang berisi bangkai itu ke tong sampah di depan kelasnya. Kemudian dia berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah Meisa mencuci tangan, dia kembali ke kelasnya. Namun ketika sampai di depan pintu, Meisa dikagetkan dengan suara cowok yang selalu mengganggunya minggu minggu ini.

“Gimana hadiah dari gue? Pasti lo suka kan?” suara tajam cowok itu terdengar di indera pendengaran Meisa.

Meisa menoleh, menatap mata cowok yang akhir akhir ini mengusik kehidupannya. Meisa menyorotkan aura permusuhan ketika menatap manik mata cowok itu.

“Lo lagi, lo lagi.” kesa Meisa.

“Gue suka bermain main sama lo cewek pendiem,” ujar cowok itu mutlak tak ada bantahan kata sekalipun.

“Terima kasih untuk semua ini. Makasih banget lo untuk haidahnya,” ucap Meisa santai supaya tak tersulut emosi.

“Bagus, gue suka cara lo berterima kasih kali ini,” sahut cowok itu.

Dan yaa, cowok itu bernama lengkap Aiden Maheswara. Dia cowok sempurna tapi sering berbuat onar. Bahkan dia sering mengganggu siswa lain sampai dikeluarkan dari sekolah. Salah satunya yang dia usik kehidupan cewek yang benama Meisa Geraldine.

“Pas kemarin juga gue udah berterimakasih dan lo pergi dari hadapan gue sekarang.” ucap Meisa penuh penekanan.

Aiden terkekeh, ”Gak semudah itu dong. Dasar cewek sok kuat,”

Detik itu juga, keduanya dikelilingi oleh seluruh teman kelasnya. Bahkan juga ada siswa siswi dari kelas lain. Karena sudah jelas saja, kejadin seperti ini jarang terjadi dan asyik dijadikan sebagai tontonan gratis.

“Minggir!” ucap Meisa dengan tampang tak takut sama sekali.

Meisa ingin segera pergi dari hadapan cowok tak berhati ini, dia melangkahkan kakinya satu langkah. Tapi langkah selanjutnya terhenti karena pergelangan tangannya sudah di cengkram kuat oleh seseorang. Saking kuatnya Meisa meringis.

“Mau pergi iya? Takut berhadapan sama gue hah?!” bentak Aiden di depan muka Meira.

“Mau lo apa lagi?” tanya Meira pasrah dengan sikap cowok ini.

“Lo masih tanya mau gue apa?” ujar Aiden sinis.

“Gue mau hidup lo menderita! Gue juga mau lo keluar dari sekolah ini,” sambung Aiden dengan nada tegas.

Meira merasakan kuku kuku Aiden seperti menancap pada kulitnya. Dia ingin melawannya tapi tenaganya tak sekuat cowok dihadapannya ini. Maka dari itu dia hanya meringis, “Shh”rintihnya.

“Segitu aja sudah kesakitan hmm?” tanya Aiden dengan nada bak psikopat.

“Lepas gak.” Berintak Meira. Dan akhirnya tangan Aiden terlepas dari pegelangan tangannya.

“Gue keluar dari sekolah ini? Dengan cara lo bikin gue menderita? Gak usah banyak berharap deh lo!” sambung Meira menantang Aiden.

“Lo nantangin gue ceritanya? Oke ikutin alur permainan gue dan nantikan penderitaan yang lebih dari gue,” jawab Aiden tak kalah menantang.

“Ada apa ini kok rame rame?” tiba tiba terdengar suara bariton tegas yang sangat khas di telinga siswa siswi SMA Camposiana.

Siapa lagi kalau bukan guru killer di sekolahnya bernama Pak Budi. Dengan kacamata bertengger di acatas hidung pendeknya, kepalanya yang mengkilat bak batu aki xixixi.

“Gak ada apa apa pak,” jawab salah satu siswa yang ada di kerumuan tersebut.

“Yasudah, bubar semua. Untuk kelas XI MIPA 1 pelajaran pertama digunakan untuk berganti pakaian.” Perintah pak Budi.

Sontak siswa siswi yang ada dikerumuan langsung berlarian memasuki kelasnya masing masing.

Meira bersyukur atas kedatangan Pak Budi, dia bisa pergi dari cowok di hadapannya ini. Meira berjalan melewati bahu Aiden dan meninggalkan cowok itu yang memandangnya tajam.

Meira berjalan menuju dimana lokernya berada. Dia harus berjalan munuruni 2 tangga, karena loker miliknya berada di lantai bawah.

Meira menghela napas berat untuk kesekian kalinya, dia membuka loker dan mendapati baju olahraganya yang sobek sobek bak baju bekas.

“Siapa sih yang bikin baju gue kayak gini. Huh kurang kerjaan banget pake tttt yang banyaakkkk, huaaa!!!” teriak Meira kesal.

“Kalo gue yang bikin baju lo kayak gitu, gimana?” suara khas yang belakangan ini mengusik telingaku.

Meira menoleh, dan mendapati cowok kejam tak berhati. Dia menatap mata cowok itu,begitupun dengan cowok itu. Meira kali ini marah, baju yang dibeli pakai uang di sobek sobek macam kertas saja.

“Kalau benci sama gue bilang dong. Cara lo bikin gue menderita itu cara banci tau gak! Gue gak terima kalau lo rusak baju gue ataupun barang gue. Gue tau lo kaya, lo pasti bisa beli 100 baju seperti inikan? Tapi gue? Gue beli baju ini susah , cari uang bukan kayak cari daun kalau lo tau.” ujar Meira meluapkan semua emosinya yang dipendam sejak tadi.

“Kalo susah cari uang gak usah sekolah bego!” gertak Aiden.

“Mau sekolah atau tidak itu urusanku.” sahut Meira.

Tak mau berlama lama, dengan cekatan Meira pergi dari hadapan Aiden sebelum semuanya akan menjadi runyam.

Baru melangkah 2 jengkal, Meira mendengar bariton tegas dari Aiden cowo kejam tak berhati.

“Pergi saja, Pergi semau lo. Lo pergi ke ujung duniapun pasti gue tau, karena kemanapun lo pergi pasti gue akan ada di situ.”

“Nikmati waktumu 1 menit saja Meiea, setelah itu gue pastikan lo akan mendapar penderitaan dari gue lagi.” sambung Aiden dengan nada menyeringai.

Meira mengacungkan jempol tangannya, Dia terus berjalan berusaha tak memikirkan ucapan Aiden. Rasanya saat ini dia ingin menangis sekuat kuatnya. Rumit. Kehidupan yang sudah rumit makin dibuat rumit oleh cowok kejam tak berhati.

Meira berjalan menyusuri kantin, melihat keadaan kantin saat ini lumayan ramai oleh siswa yang pastinya sedang makan dan ada yang berbincang bincang.

Tiba tiba saja....

*bruk*