PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Gadis Sewaan

Gadis Sewaan

Penulis:Nadhifah Syafana

Berlangsung

Pengantar
Tisya gadis dari keluarga sederhana yang sedang menempuh pendidikan disebuah universitas swasta di Yogyakarta. Ibunya hanya seorang penjual kue keliling. Untuk memenuhi biaya kuliah, Tisya memiliki pekerjaan sambilan sebagai gadis sewaan. Kebanyakan yang menggunakan jasanya adalah teman-temannya sendiri. Hingga suatu ketika dia disewa oleh kakak dari salah satu temannya dan membuat mereka saling memiliki perasaan. Namun jalan cinta yang mereka lalui tidaklah mudah. Hai ini cerita pertamaku disini. Semoga suka.
Buka▼
Bab

Hai namaku Tisya. Bagi teman-teman semampuku, aku sangatlah populer. Selain prestasi mereka juga mengenalku karena pekerjaan sampinganku yang sudah kujalani sedari aku masih menggunakan seragam putih abu-abu. Aku seorang gadis sewaan. Bukan dalam arti negatif ya. Mereka menggunakan jasaku sebagai teman dalam menghadiri acara-acara. Semacam pacar settingan lah.

Pagi ini jam perkuliahan akan dimulai sedikit siang. Aku masih punya waktu untuk membantu ibu menyiapkan dagangannya. Ibu satu-satunya keluarga yang aku punya. Ayah meninggal sedari aku berusia delapan tahun. Dan ibu seorang diri merawat dan membesarkan diriku ini.

"Kamu gak kuliah nak"

"Kuliah siang Bu"

"Bagaimana kuliah kamu nak. Apa ada masalah biaya"

"Alhamdulillah Bu, tidak. Tisya sudah membayar semua uang semester Tisya Bu"

"Alhamdulillah nak. Maafkan ibu yang belum bisa membantumu nak"

"Tidak Bu. Ibu sudah selalu berada disamping Tisya selalu, itu sudah cukup untuk Tisya"

Mereka berbincang sambil menatap kue untuk dijual keliling. Tisya teringat tawaran kerja di kafe milik temannya. Tisya ingin meminta ijin kepada ibunya untuk bekerja disana.

"Bu. Kemarin Arman nawarin Tisya buat kerja dikafenya sebagai kasir. Apa boleh bu"

"Kafenya dimana nak"

"Di Babarsari Bu"

"Kamu mau kerja disana"

"Tisya mau Bu. Tapi harus dengan restu ibu"

"Apa ada jam malam nak. Karena setau ibu, kafe-kafe anak muda bisa buka full sampai pagi nak"

"Tisya sudah bicara dengan Arman Bu. Dan Arman tidak akan meminta Tisya bekerja hingga larut malam. Tisya akan pulang pukul sembilan malam Bu"

"Kalau bisa seperti itu, ibu merasa tenang nak. Kamu pasti paham mengapa ibu berkata demikian sayang"

"Iya Tisya paham bu. Terimakasih sudah memberi ijin buat Tisya Bu"

"Iya nak. Ya sudah ibu berangkat jualan dulu. Nanti kalau kamu mau berangkat, jangan lupa sarapan dulu. Ibu sudah membawa kunci cadangan jadi jangan kamu tinggal kunci diatas pintu"

"Baik Bu"

Ibu Tisya sudah berangkat untuk berjualan keliling menggunakan sepeda. Tisya kembali ke kamar untuk memeriksa tugasnya jika ada yang terlewat. Ponsel Tisya berdering. Panggilan masuk salah satu temannya yang juga pelanggan tetap yang menggunakan jasanya menghubungi Tisya. Dengan sigap Tisya langsung mengangkat panggilan itu.

"Hallo Kris"

"Tis. Besok Minggu loe ada waktu kosong gak"

"Jam berapa Kris"

"Jam sembilan pagi"

"Ada. Gue belum dibooking kalau jam segitu"

"Oke. Seperti biasa ya"

"Acara apa Kris"

"Tunangan sepupu gue. Tapi kita ke Solo ya tis"

"Boleh aja. Tapi beda tarif kalau keluar kota"

"Gak masalah. Loe tau harus pakai baju apa kabar tis"

"Couple gak Kris"

"Kalau loe bisa menyesuaikan warna sama baju gue, gak masalah couple tis"

"Oke. Loe kirim aja warna baju yang mau loe pake besok. Biar gue bisa nyiapin yang serupa"

"Oke. Gue jemput tempat biasa jam setengah delapan ya tis"

"Oke Kris. Makasih"

"Sama-sama"

Setelah mematikan sambungan telepon dengan Krisna, Tisya segera mandi dan bersiap untuk berangkat kuliah. Tisya berangkat menggunakan motor matic hasil jerih payahnya selama ini. Walaupun second, tapi itu sudah cukup untuk Tisya.

Kampus Tisya berada di jalan Urip Sumoharjo. Untuk mencapai kampusnya, Tisya menempuh perjalanan selama dua puluh menit. Tisya mengambil jurusan manajemen keuangan. Dia bercita-cita jika tidak bisa bekerja di perusahaan, setidaknya dia bisa menggunakan ilmunya untuk membuka usaha.

Setelah memakirkan motornya, Tisya berjalan menuju koridor kelasnya. Karena ruang kelasnya berada di paling ujung, Tisya harus melewati beberapa kelas lainnya. Terkadang bagi siswi yang tak begitu menyukai dirinya, selalu berusaha mencari masalah. Namun Tisya selalu berhasil untuk menahan amarahnya. Bagi Tisya, mereka tidak tahu apapun tentang dirinya. Jadi wajarlah jika mereka selalu berfikiran tidak baik dengan dirinya.

"Tis. Tisya. Tunggu"

Tisya menoleh kebelakang karena namanya dipanggil. Tisya berhenti sejenak menunggu seseorang yang memanggil namanya untuk berhenti.

"Ada apa Tar"

"Tis. Gue boleh minta tolong gak"

"Apaan"

"Kerjain makalah gue dong. Bayaran seperti biasa. Mau gak"

"Ck. Kenapa gak kerjain sendiri saja tar. Gak takut loe nanti ketahuan sama dosen"

"Ayolah tis. Gue mau kencan nih"

"Tar. Gue takut kalau ketahuan. Loe tau sendiri kan Pak Bardi itu killer banget. Nilai gue bisa jadi taruhan juga tar"

"Yaelah tis. Ayolah. Gak akan ketahuan deh"

"Atau gini saja tar. Kapan loe ada waktu. Nanti gue ke kos loe. Gue ajarin loe sampai bisa. Gimana"

"Ribet banget tis. Toh nanti hasilnya juga sama kan"

"Setidaknya itu usaha loe sendiri tar. Ingat bentar lagi kita ujian loh. Apa loe gak takut dapat nilai jelek"

"Iya-iya. Nanti gue kabarin kapan gue balik. Gue pergi dulu. Bye"

"Hmm"

Tisya melanjutkan langkahnya menuju ruang kelasnya. Teman-teman Tisya sudah berada didalam ruang kelas. Mereka yang belum menyelesaikan tugas, sedang asyik menyalin milik teman lainnya.

"Hai Des"

"Eh akhirnya loe datang juga. Pinjam buku loe bentar. Gue gak paham soal nomor empat tis"

"Sini gue kasih tau caranya saja. Daripada nyontek"

"Ya sudah. Gimana nih"

Tisya menjelaskan kepada teman sebangkunya soal yang tidak dimengerti. Beberapa teman ikut mendekat dan mendengarkan penjelasan dari Tisya. Bagi mereka penjelasan dari Tisya lebih mudah dicerna dari pada dari sang dosen.