PopNovel

Baca Buku di PopNovel

HANYA PENGANTIN PENGGANTI SAHABATKU

HANYA PENGANTIN PENGGANTI SAHABATKU

Penulis:Dhaa De

Berlangsung

Pengantar
Bersahabat dan terbiasa denganmu sejak awal kuliah, nyatanya memunculkan rasa yang berbeda dalam relung hatiku. Namun aku sadar, ini rasa tidak tepat yang harus aku kubur dalam-dalam. Menjelang hari bahagiamu bersama pujaan hatimu, kabar duka datang dan memaksaku menggantikan pengantinmu. Akankah aku mendapat tempat dihatimu atau hanya sekedar pengganti yang tertulis di akta 2 warna buku sah itu.
Buka▼
Bab

BAB 1 Persiapan Pernikahan

Prak………..

Terkejut dengan suara benda jatuh. Pandanganku terarah pada ponsel yang tergeletak di lantai, sekitar satu meter didepan Edo. Suara benda jatuh pun membuat tante Asti, mamanya Edo menghampiri Edo di depan panggung yang sedang disetting di ballroom hotel tempat akad dan resepsi pernikahan Edo dan Ellena besok pagi.

“Kenapa Do ?”, tanyaku

Tanpa kata, Edo masih terdiam dengan pandangan kosong.

Tante Asti sigap memeluk Edo dan mengajaknya duduk di kursi yang disiapkan untuk pelaminan besok.

Aku bergegas memungut ponsel yang tergeletak. Kucoba menyalakan, ah….untung masih bisa hidup. Aku mencoba membuka panggilan. Mungkin Edo barusan menerima panggilan. Ah, nomor tak dikenal. Baru saja akan membuka aplikasi hijau, ada panggilan masuk. Kali ini tertulis “Mama Rin”. Oh, mamanya Ellena. Aku lalu mengangsurkan ponsel Edo kepada tante Asti yang tak jauh di depanku.

“Assalamu’alaikum, jeng….ada apa ?”, sapa tante Asti begitu membuka tombol hijau pada ponsel.

“Apa ?............Innalillahi wa innailaihi rojiun. Baik, saya segera ke rumah sakit”.

Kini aku berdebar-debar, ada apa gerangan ?

“Dhea, Ellena kecelakaan dan sekarang sedang ditangani di IGD. Tante akan ke rumahsakit sama Edo”

“Apakah setting dekorasi ini di hentikan saja, tante ?”, sahutku.

“Stop dulu Dhe. Kamu dan kru istirahat saja dulu, nanti tante akan telpon kamu kalau ada perubahan”

Ya Allah. Aku bisa merasakan betapa shock nya Edo. Saat ini dia seperti mayat hidup. Dia diam, tanpa ekspresi, tanpa pergerakan. Batinku sakit melihatmu seperti Do.

“Aku lebih suka melihatmu bahagia meskipun dengan orang lain dibanding melihatmu tidak punya semangat seperti ini,” batinku.

Yah, kita bersahabat, meskipun semenjak kuliah hingga sekarang yang terhitung sudah 6 tahun. Namun rasa yang muncul dihatiku tidak bisa ku cegah. Entah mengapa, akhir-akhir ini

**************

“Mira, yang belum selesai apa ?”, tanyaku pada timku koordinator lapangan.

“Sudah semua mbak, bunga sudah terpasang. Hanya aksesoris dan kursi pelaminan tinggal menata. Lampu, kursi undangan, meja catering sudah siap”, jawabnya.

Ya, Mira orang kepercayaan yang kutempatkan sebagai koordinator lapangan semenjak aku membuka De Weeding and Event organizer. Aku memang kuliah pada program studi Manajemen. Setelah lulus aku yang anak seorang pegawai negeri tidak mau melamar pekerjaan pada perusahaan maupun instansi. Papa memintaku untuk mengikuti tes CPNS, atau bekerja pada instansi. Entah kenapa aku tidak tertarik.

Berawal dari pernikahan kakak sepupuku, kak Tara yang saat itu harus menyiapkan pernikahan dalam waktu sebulan karena kak Tara mendapatkan beasiswa S2 di Melbourn. Kesibukan dan waktu yang terbatas membuatnya menginginkan mencari WO. Entah keberanian dari mana, aku mencoba menawarkan diri mengurus pernikahannya. Gayungpun bersambut, aku mendapatkan kesempatan itu. Tuhan memberikaan kemudahan, gedung, salon, catering, dekorasi semua bisa membantu acara, daan…..sukses. Aku menyiapkan sebuah stand banner dan membranding De Weeding and Event Organizer. Aku sendiri yang menjadi pembawa acara, dan tentu saja gencar mempromosikan WO yang bahkan belum terbentuk tim tetapnya.

Tanpa diduga, atasan kak Tara, CEO perusahaan tekstil PT. Mega Tekstil menggunakan jasa WO milikku. Sejak saat itu aku merekrut karyawan sebagai tim tetap. Setahun WOku sudah dikenal dikalangan atas bahkan ada customer dari kota lain.

Dan kini, aku menangani pernikahan sahabatku, Edwar Praja Juandana, sang CEO Je corp sebuah perusahaan yang merupakan importir produk hasil laut, sekaligus putra tunggal pemilik Bahari grup. Sebuah kebanggaan ketika WOku dipercayakan untuk mengemas hari bahagia mereka. Tapi kali ini, aku mengemas acara pernikahan yang cukup membuat batinku tersiksa. Betapa tidak, satu-satunya lelaki yang mampu membuat hatiku terbuka hanyalah Edo. Aku tidak bisa menghalau rasa yang hadirnya tidak kuharapkan. Akhirnya aku hanya mampu memendam rasaku dalam palung hatiku. Karena aku sadar, Edo sangat mencintai Ellena. Dan mereka tahu, aku sahabat yang akan selalu ada disaat mereka butuhkan.

“Mbak, mbah Dhea”, tanya Mira

“Hah, iy…ya Mir ? Kenapa”

“Ya ampun mbak, ngelamunin apa sih. Dari tadi Mira ngomong gak di dengerin deh”

Aku tersenyum, senyum yang kaku.

“Sorri, mbak lagi mikir even lain”

“Even apa even. Dah deh, mbak Dhe gak usah ngeles, kali. Lagi ngelamunin pak bos yang kemarin ya?”

“Hah? Pak bos? Kemarin? Siapa sih maksud si ceriwis ini ?”, batinku

“Pak bos kema…..tunggu…..maksudmu pak Micko yang punya hotel bintang 5 ?”

Mira mengangguk sambil cengar cengir. Aku langsung noyor jidadnya.

“Heh, kalo ngomong yang bener. Orang lain denger dikira beneran. Gila kamu ya. Pak Micko itu mitra baru kita. Kita sudah menandatangani MoU untuk menangani setiap even di hotelnya, dan kita mendapatkan prioritas jika akan memesan ballroom dan kamar untuk pernikahan. Dasar halu”

“Yei, mending halu. Nih ya mbak, orang halu bisa lo mewujudkannya mimpinya. Beda dengan orang yang suka bengong, kemarin ayam tetangga bengong, paginya mati loh, hati-hati”

“Miraaaa!!!”

Kulempari dia dengan bunga yang tersisa, Dia terus tertawa, senang bisa membuatku ngambek. Begitulah kami, disela-sela kesibukan masih saja bercanda.

“Eh mbak, btw gimana nih kelanjutannya?”

“Tau ah. Ini tante Asti belum ngasih kabar. Tunggu aja”

“Kasihan ya mbak Ellena. Eh tapi biar dah, wanita macam dia pantas saja mendapat celaka”

“Hus! Maksud kamu apa Mir ?”

“Eh, eng…enggak mbak. Maksudkku, dia kan sombong. Pantas saja dapat ujian begini”

“Pamali ah. Gak boleh ngomng gitu. Cobaan itu bisa terjadi pad siapa saja yang dikehendaki Allah.”

Mira menatapku intens. Seperti ada yang ingin dia katakan.

“Kayaknya mas Edo lebih cocok dengan mbak Dhea deh”

Aku melotot mendengar ucapannya.

“Dasar tukang halu. Sono noh, nulis. Biar halumu bisa jadi novel indah”, sahutku. Dasar si Mira, tetap saja tertawa.

“Mbak, aku serius. Karena aku melihat sendiri mbak Ellena tidak pantas untuk mas Edo yang baik”, tentu saja kalimat itu hanya ada dalam batin Mira.

Bling, suara notifikasi dari aplikasi hijau di ponsel pintar milikku menandakan ada pesan masuk.

“Lanjutkan persiapan pernikahannya. Tante sudah menghubungi Mira untuk memberi petunjuknya. Kamu ikut tante, tunggu lima belas menit lagi”

“Siap, tante”

Klik, kukirimkan balasan. Ah Do, semoga esok adalah awal kebahagiaanmu yang sesungguhnya.

“Mbak, aku sudah dapat petunjuk dari bu Asti. Aku lanjut ya”

“Iya Mir, semangat yah.”, ucapku disertai senyum.

“Tania!”, seru Mira

“Iya Mir? Sudah ada informasi ?”

“Iya, ayo ikut aku”

Kulihat Mira mengerling ke arahku, dengan senyum yang nampak bahagia.

“Apa Mira baru dapat kabar bahagia ? Dari pacarnya ? Keluarganya ? Atau apa? Perasaan tadi biasa biasa saja,” batinku.

Ah sudahlah. Bodo a,at dengan Mira saat ini. Dia gak akan tahan untuk cerita kalau sudah selesai acara, aku yakin itu. Aku menghampiri Hardi, penanggungjawab perlengkapan timku.

“Hardi, setelah ini akum au keluar dengan tante Asti. Pastikan tidak ada yang terlewatkan sesuai ceklist yang sudah ada, dan cek kenyamanan sound indoor-nya. Dicoba juga utk live streamingnya agar besok pagi tinggal on”

“Beres mbak Dhea. Laporan nanti saya ke mbak Mira dan mbak Dhea”

“Thanks ya”

“Sami-sami mbak”

Aku segera meninggalkan Hardi dan kawan-kawannya, memilih menunggu tante Asti dengan duduk di kursi.