PopNovel

Baca Buku di PopNovel

VICTOR DAN RARA

VICTOR DAN RARA

Penulis:moon lovers

Tamat

Pengantar
Rara gadis 17 tahun, lahir dengan segala keberuntungan. Orang tuanya adalah pemilik Hotel bintang lima terbaik dan terbesar di kotanya. Sifatnya yang ceria dan mudah bergaul tak membuatnya kesulitan mencari teman. Banyak uang, banyak teman, tak ada yang kurang dari diri Rara kecuali berat badannya yang sering dipandang sebelah mata oleh beberapa orang. Ya, Rara adalah wanita gemuk dengan berat badan 80kg, tinggi badan 160cm. Rara tak pernah merasa dirinya buruk sekalipun ia tidak bertubuh ideal. Dia tetap percaya diri, tetap ceria, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa Rara ternyata juga mudah menangis namun secara diam-diam. Ia tak mau orang melihat kelemahannya. Biarlah fisiknya saja yang menjadi kelemahan dia di mata orang-orang. Hingga sebuah peristiwa merubah pemikiran dan hidup Rara.
Buka▼
Bab

Cover by @putri_graphic

Jerit para murid wanita memenuhi seisi sekolah mulai dari anak kelas 1 sampai kelas 3. Selalu heboh ketika Victor turun dari kendaraannya setiap pagi ditemani Ninja biru yang selalu menjadi kuda putihnya.

Victor Gutenberg, 18 tahun murid kelas 3 SMK Laskar. SMK Laskar sekolah jurusan yang terdiri dari perhotelan, pariwisata, tataboga, sampai jurusan desainer. Victor sendiri mengambil jurusan tataboga.

Bukan tanpa alasan, Victor memang suka memasak dan bercita-cita menjadi cheff sementara keluarganya sendiri tidak ada yang berlatar belakang cheff.

Orang tua Victor sendiri adalah pemilik pabrik jamu terbesar di kotanya yang sudah berdiri hampir 100 tahun dan orangtua Victor sendiri merupakan generasi ketiga.

Kaya, tampan, dan juga cerdas siapa yang tidak tergila-gila dengan Victor? Sekalipun ia dingin pada perempuan karena Victor sadar mereka hanya tertarik dengan fisik dan kekayaannya. Memuakkan! ia ingin sekali lahir dari keluarga tidak mampu dan mempunyai fisik biasa saja, namun masih di anugerahi kecerdasaan agar ia bisa menemukan wanita yang tulus mencintai dia, dan berusaha kaya dari hasil kerjanya sendiri.

“Heran deh apa sih bagusnya Victor?” Novi berbisik pada Rara.

Rara dan Novi berjalan di belakang Victor yang menuju lift. SMK Laskar bukan SMK biasa. Keseluruhan siswa dan siswinya merupakan kumpulan anak-anak orang kaya.

Rara Edith Piaf termasuk lima besar anak terkaya di SMK Laskar sama dengan Victor yang menjadi salah satu lima besar anak orang kaya. Orang tua Rara sendiri pendiri hotel bintang lima yang tersebar di beberapa kota. Sama seperti Victor, Rara punya cita-cita yang tidak ada hubungannya dengan bisnis sang orang tua. Rara lebih menyukai dunia seni seperti menyanyi dan membuat lagu. Rara bisa ada di sekolah ini pun karena permintaan sang ayah yang ingin Rara belajar mengenai dunia perhotelan.

Mama Rara yang seorang mantan artis senior mendukung cita-cita sang putri berbeda dengan ayahnya, yang ingin Rara kelak meneruskan bisnis hotel keluarga bersama dengan kakak laki-lakinya.

Rara untungnya memiliki kakak laki-laki yang bisa diandalkan yang menyukai bisnis perhotelan hingga Rara merasa sedikit tertolong. Bayangkan saja jika Rara anak satu-satunya pastilah suka tidak suka ia yang menjalankan bisnis ayahnya jika kelak sang ayah tiada.

Kini, Rara masih berjuang mendapat restu ayahnya. Itulah sebabnya ia menurut berada di SMK Laskar. Rara ingin mencuri hati ayahnya terlebih dulu. Ia tak mau menjadi pembangkang sementara sekolah saja ia masih dibiayai orang tua.

"Kenapa sih Nov, loe gak suka sama kak Victor? lihatlah dirinya yang sempurna tak bercela itu. Bikin hatiku terkoyak setiap melihatnya." perkataan Rara yang menatap punggung Victor dengan tatapan bebinar nyatanya membuat Novi geli. Novi menepuk jidatnya ia lupa Rara sudah menjadi pengagum Victor sejak Rara kelas 10.

Ting! suara lift terbuka. Victor, Rara, Novi masuk ke dalam lift.

"Tunggu jangan di tutup dulu!" empat anak perempuan belari ke arah lift. Victor yang berdiri didekat tombol menekan tombol lift yang hampir ia tutup kembali.

"Makasih, Kak Victor." mereka serempak mengucapkan Terima kasih pada Victor.

"Lantai berapa?" tanya Victor tanpa ekspresi, tanpa menoleh pada pada murid yang masuk ke dalam lift tadi. Meskipun Victor dingin, ia memang suka membantu orang. Membantu tanpa emosi yang terlihat di wajahnya. Victor begitu lihai menutupi perasaannya.

Rara yang berdiri di belakangnya tersenyum melihat kebaikan Victor. Ia melirik Novi , menggerakkan alisnya ke atas dan ke bawah seraya tersenyum memberi kode bahwa Victor selain ganteng juga baik hati.

Novi memutar bola mata malas melihat kebucinan sahabatnya dari SMP itu.

Lift menyalakan tanda bahwa dalam kondisi muatan berlebihan. Ya, memang lift sekolah di khususkan hanya untuk 5 orang. Sementara yang mereka pakai ada 7 orang dan salah satunya ada Rara yang bertubuh gemuk menambah beban muatan.

Rara, meskipun lahir dengan segala fasilitas mewah, tak pernah kesusahan, ia mempunyai kekurangan dalam hal fisik. Dengan tinggi 157 cm dan berat badan 80 kg ia amat sangat terlihat bulat dan berat. Inilah penyebab Rara hanya mampu menganggumi Victor dari jauh dan secara diam-diam. Sekalipun Rara bukan orang yang minder, ia cukup tahu diri untuk urusan yang satu ini.

Empat orang gadis tadi melihat ke arah Rara dari atas ke bawah seolah menyuruh Rara penyebab kelebihan muatan keluar dari lift.

Mengetahui Rara anak orang terkaya di sekolah ini mereka hanya bisa diam dan memandang kesal pada Rara. Tak berani berucap.

Victor mengikuti pandangan empat gadis yang mengarah di belakangnya. Ia menatap Rara yang hanya setinggi bawah dadanya.

Rara menyadari Victor melihat ke arahnya. Ia menarik tangan Novi, merasa malu, seolah Victor juga ikut menyuruhnya keluar lift karena membuat beban. Rara melangkahkan satu kakinya, namun berhenti ketika Victor menggeser badannya dan memutar badannya yang tinggi dan atletis itu. Ia menatap ke samping, di mana empat gadis tadi masih memandang Rara dengan sinis.

"Maaf, karena kalian yang terakhir naik lift, bisakah kalian keluar?" ucap Victor membuat Rara tersentak. Ia pikir Victor merasa kesal dengannya yang gendut menambah beban muatan.

Dengan wajah datar, tatapan mata yang tajam, memasukkan salah satu tangan ke saku celana, Victor seolah membela Rara.

Empat gadis yang ternyata murid kelas 10, merasa malu dan serempak keluar dari lift dengan langkah cepat.

SMK Laskar memiliki seragam agar bisa menjadi pembeda antar murid kelas 10,11,12. Yaitu terletak pada atribut pin seukuran anting yang terletak pada kerah.

Putih untuk murid kelas 10, gold untuk murid kelas 11, dan hitam untuk murid kelas 12.

Rara yang sudah melangkahkan kakinya menarik kembali kakinya pelan dan kembali di tempat semula.

"Boleh juga dia," Novi berbisik di telinga Rara.

Rara tersenyum bangga.

SMK Laskar memiliki tujuh lantai. Pada bagian lantai satu untuk ruang perpustakan, lantai dua untuk ruangan para guru, lantai tiga untuk anak kelas 10, lantai empat untuk anak kelas 11, lantai lima untuk anak kelas 12, sementara lantai enam dan tujuh untuk ruangan praktek serta kantin.

Setiap jurusan terbagi menjadi tiga kelas. A-D dengan jumlah murid tiap kelas 37 orang.

Kelas Rara sendiri terbilang unik. Para muridnya kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah yang bisa masuk ke SMK Laskar dengan program beasiswa. Kecuali empat orang. Rara sekertaris kelas 11-D, Novi yang menjabat wakil ketua kelas, Wahyu sang ketua kelas dan Daniar sang bendahara kelas.

Rara sangat dicintai teman sekelasnya bukan karena ia anak orang kaya namun karena Rara sering membela teman sekelasnya yang sering kali di hina murid kelas lain dengan sebutan... murid buangan.

Miris, karena memang kelas Rara saja yang muridnya masuk karena beasiswa. Sehingga hanya kelasnya saja yang mendapat sorotan tajam dari anak lain.

Rara yang ceria, baik hati, berbeda dengan Victor yang dingin, cuek. Victor tidak pernah memilih dalam berkawan, hanya saja orang yang berbeda level dengannya, mana berani mendekati pangeran berhati dingin? yang ada mereka minder duluan mengetahui kelebihan Victor yang seolah tanpa cela.

Beda dengan Rara yang secara kepribadian maupun fisik bukan jenis orang yang susah didekati. Bahkan teman Rara kebanyakan dari kalangan biasa saja.